BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Beberapa tahun terkahir ini penjarahan hutan atau
penebangan hutan liar di kawasan hutan makin marak terjadi, seakan-akan tidak
terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif
yang luar bisa besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan,
terutama pada kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan biodiversitas
besar. Badan planologi Departemen melaui citra satelit menunjukkan luas lahan
yang masih berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di pulau jawa tahun
1999/2000 hanya tinggal empat persen saja. Kawasan ini sebagian besar merupakan
wilayah tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini
tidak saja hilangnya suatu kawasan hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan
manusia dalam berbagai aspek misalnya kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan
(iklim, mikro), keindahan (wisata), penghasilan (hasil hutan non kayu, dan
kayu), penyerapan karbon (carbon sink), pangan dan obat-obatan akan tetapi juga
hilangnya biodeversity titipan generasi mendatang.
Saat ini dunia internasional telah berkembang trend
baru melalui perdagangan karbon (CO2). Perdagagan karbon diawali dengan
disepekatinya Kyoto Protocol bahwa Negara- negara penghasil emisi karbon harus
menurunkan tingkat emisisnya dengan menerapkan teknologi tinggi dan juga
menyalurkan dana kepada Negara-negara yang memiliki potensi sumber daya alam
untuk mampu menyerap emisi karbon secara alami misalnya melalui vegetasi
(hutan). Indonesia dengan luas hutan tersebar ketiga di dunia, bisa berperan
penting untuk mengurangi emisi dunia melalui carbon sink. Hal ini bisa terjadi jika
hutan djiaga kelestariannya dan melakukan penanaman (afforestasi) pada kawasan bukan hutan
(degraded land). Serta melakukan perbaikan kawasan hutan yang rusak (degraded
forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi).
Sektor kehutanan adalah salah sektor yang paling dominan dalam menyusun
peran jasa lingkungan. Hal ini disebabkan hutan secara alami telah memberikan
manfaat dan menyokong kehidupan, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu sudah saatnya dilakukan upaya
penghitungan manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan yang diharapkan
mampu memberikan nilai ekonomi lebih tinggi dengan mengetahui berbagai
kemampuanya dalam menyediakan sumber daya air, penyerap karbon, penghasil
oksigen, jasa wisata alam, satwa, biodiversitas, dan sebagainya.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian hutan,
pengertian jasa lingkungan, dan peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
hutan
Hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Kata kunci utama dalam definisi ini yaitu dominasi pepohonan dalam
luasan yang memadai tersebut mampu membuat hutan bisa memerankan beberapa fungsi,
antara lain menjaga keseimbangan iklim dan mampu menciptakan iklim mikro,
menjaga keseimbangan tata air, memproduksi udara bersih, dan sebagainya. Semua
peran hutan yang disebutkan tadi umumnya
dikenal sebagai jasa ekosistem hutan atau juga disebut jasa lingkungan. Jika
kita cermati pengelolaan hutan yang dilaksanakan selama ini, maka sangat
cenderung pada apa yang dinamakan timber oriented, orientasi utamanaya pada
produksi kayu hanya 5% dari produksi hutan dan sisanya , 95% adalah produksi
berupa jasa lingkungan. Tetapi produksi kayu yang berlebihan, dapat merusak
produksi jasa lingkungan yang sebesar 95%.
B.
Pengertian
tentang jasa lingkungan
Jasa lingkungan adalah penyediaan, pengaturan,
penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan
manusia yang bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan. Empat jenis jasa
lingkungan yaitu tata daur air, jasa lingkungan keanekaragaman hayati, jasa
lingkungan penyerapan karbon dan jasa lingkungan keindahan.
1.
Peran
hutan dalam pengendalian daur air
Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan
struktur dan komposisinya yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat
lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa perdamaian
terhadap banjir, erosi, dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur air. Peran
hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Ketersediaan
air dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai agar dapat dimanfaatkan makhlukm
hidup dan lingkungan sekitarnnya.
2. Sebagai
pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
-
Evapotranspirasi
-
Pemakaian air konsumtif untuk
pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
3. Menambah
titik – titik air di atmosfer
4. Sebagai
penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi
5. Sebagai
pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
-
Tahanan permukaan dari bagian batang di
permukaan
-
Tahanan aliran air permukaan karena
adanya seresah di permukaan
6. Sebagai
pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukkan air
lewat sistem perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan
kegiatan biologi di dalam tanah.
7. Mengendalikan
limpasan permukaan yang dapat menyebabkan banjir dalam satuan DAS.
8. Mengendalikan
dan mencegah perluasan kebakaran hutan dan lahan.
9. Mencegah
dan mengendalikan erosi dan longsor di lahan dan sedimentasi di badan air.
Semua peran vegetasi tersebut bersifat
dinamik yang kan berubah dari musim ke musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam
keadaan hutan yang telah mantap, perubahan peran hutan mungkin hanya nampak
secara musiman, sesuai dengan pola sebaran hujannya.
Peran hutan terhadap pengendali daur air
dimulai dari peran tajuk menyimpan air sebagai intesepsi. Sampai saat ini
intersepsi belum dianggap sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi
daerah yang hujannyarendah dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water
harvest maka para pemgelola Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air
intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu kawasan dan akhirnya
mempengaruhi neraca air regional. Dengan demikian pemeliaraan hutan yang berupa
penjarangan sangat penting dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
Peran yang menonjol ke dua yang juga
sering menjadi sumber penyebab kekhawatiran masyarakat adalah
evapontranspirasi. Beberapa faktor yang berperan terhadap besarnya
evapotranspirasi antara lain adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban udara,
kecepatan angin, dan ketersediaan air di dalam tanah atau sering disebut
kelengasan tanah. Lengas tanah berperan terhadap terjadinya evapotranspirasi
punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk
kawasan yang berhujan rendah, lapisan atau tebal tanah dangkal dan sifat batuan
yang tidak dapat menyimpan air.
Peran ketiga adalah kemampuan
mengendalikan tingginya lengas, tanah hutan. Tanah mempunyai kemampuan untuk
menyimpan air (lengas tanah), karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi
dengan udara atau cairan atau bersifat porous. Bagia lengas atas yang tidak
dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami yaitu dengan osmosis,
gravitasi atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan
air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada kandungan air tanah terendah dimana
tanaman dapat mengestrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya gravitasinya.
Titik layu ini sama bagi semua tanaman pada tanah tertentu. Pada tingkat titik
kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam
tanah. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting
untuk menetukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan.
Peran ke empat adalah dalam pengendalian aliran (hasil air).
Kebanyakan persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan
dimensi ruang dan waktu. Akhir- akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada
suatu keadaan berlebihan air pada musim hujan dan kekurangan air di musim
kemarau. Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu
mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim
hujan dan melepaskannya di musim kemarau. Keprcayaan ini didasarkan atas masih
melekatnya dihati masyaraakt bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari
dalam kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau.
Dari gambaran diatas, nampak jelas bahwa
peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan melalui kemampuannya sebagai
regulator air memiliki nilai arti yang sangat penting dalam mendukung hajat
hidup masyarakat disekitar hutan.
2.
Peran
hutan sebagai penyerap karbon
Fungsi hutan sebagai
penghasil oksigen tak dapat dipisahkan dengan fungsi hutan sebagai penyerap
karbon. Dalam menjalankan kedua fungsi tersebut, proses interaksi antara hutan
dan lingkungan yang terjadi sangat berkaitan proses fotosintesis dan siklus
karbon. Hutan, yang merupakan kumpulan dari banyak pohon, menjalankan proses
fotosintesis (yang merupakan salah satu bagian dari siklus karbon) yang
menyerap karbondioksida di atmosfer dan kemudian disimpan dalam bentuk biomassa
berupa daun, batang, akar, maupun buah, serta menghasilkan oksigen ke udara
yang akan dipergunakan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan dalam melakukan
respirasi
Hutan berperan
penting untuk mengurangi emisi dunia melalui kegiatan carbon sink. Hal ini bisa
terjadi jika hutan yang ada dijaga kelestariannya dan melakukan penanaman
(afforestasi) pada kawasan bukan hutan (degraded land). Serta melakukan perbaikan
kawasan hutan yang rusak (degraded forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi).
Hutan hanya
menyimpan karbon untuk waktu terbatas (stock). Karbon tersebut akan dilepaskan
kembali ke atmosfer ketika terjadi kegiatan penebangan hutan, kebakaran atau
tindakan perusakan hutan lainnya. Dalam hal ini perlu adanya sumber daya manusia yang handal, birokrasi
yang transparan dan lenyapnya praktik-praktik KKN.
Siklus karbon di dalam biosfer meliputi
dua bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya dihubungkan oleh
atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan
transfer karbon dari berbagai reservoir (Tabel 1). Jika dibandingkan dengan
sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit,
namun demikian siklus yang terjadi sangat dinamik di alam (Vlek, 1997).
Tabel 1. Karbon
di dalam berbagai reservoir dari siklus global
Lokasi
|
Satuan C (ton x 1010)
|
|
Udara
|
CO2-atmosfer
|
70
|
Darat
|
Biomass
|
59
|
|
Bahan organik tanah
|
85
|
|
Produksi bersih/tahun
|
6.3
|
|
Pelepasan dari fosil
|
0.5
|
Laut
|
Biomass
|
0.3
|
|
C-organik terlarut
|
100
|
|
C-anorganik (HCO3)
|
3.500
|
|
Produksi bersih/tahun
|
45
|
Sedimen
|
C-anorganik (HCO3)
|
2.000.000
|
|
Batu bara dan minyak
|
1.000
|
Sejumlah besar kalsium karbonat dalam lebih dari 10 juta
tahun yang lalu telah terlarut dan tercuci dari permukaan daratan. Sebaliknya,
dalam jumlah yang sama telah terpresipitasi dari air laut ke dalam lantai dasar
laut. Waktu tinggal (residence time) karbon di dalam atmosfer dalam
pertukarannya dengan hidrosfer berkisar antara 5 – 10 tahun, sedangkan dalam
pertukarannya dengan sel tanaman dan binatang sekitar 300 tahun. Hal ini
berbeda dalam skala waktu dibandingkan dengan residence time untuk karbon
terlarut (ribuan tahun) dan karbon dalam sedimen dan bahan bakar fosil (jutaan
tahun).
Dari hasil inventarisasi gas-gas rumah
kaca di Indonesia dengan menggunakan metoda IPCC 1996, diketahui bahwa pada
tahun 1994 emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4 sebanyak 6,409
Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg. Adapun
penyerapan CO2 oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg, dengan demikian
untuk tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat
penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada
tahun 1994. Hasil perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990, Indonesia masih
sebagai net sink atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi.
Berapapun kecilnya Indonesia sudah memberikan kontribusi bagi meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca secara global di atmosfer.
Banyak pihak yang beranggapan bahwa
melakukan mitigasi secara permanen melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar
fosil, teknologi bersih, dan penggunaan energi terbarukan, lebih penting
daripada melalui carbon sink. Hal ini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon
untuk waktu yang terbatas (stock). Ketika terjadi penebangan hutan, kebakaran
atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan kembali ke
atmosfer.
Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang
perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap
(sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan
dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi
dan rumah tangga.
Pada kawasan
hutan Pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun mempunyai potensi penyimpanan
karbon sebesar 147,84 ton/ha dengan prosentase penyimpanan terbesar pada bagian
batang (73,46%), kemudian cabang (16,14%), kulit (6,99%), daun (3,17%) dan
bunga-buah (0,24%). Dari data diatas dapat diprediksi kemampuan hutan pinus
dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik dalam biomas
memiliki potensi penyimpanan mencapai 44% dari total biomasnya. Sehingga DTA
Rahtawu dengan luasan 101,79 ha memiliki potensi penyimpanan karbon dalam
tegakan sebesar 15.048,5 ton, penyimpanan karbon dalam seresah sebesar 510 ton
dan dalam tumbuhan bawah sebesar 91 ton karbon.
3.
Peran
hutan sebagai penyedia sumberdaya air
Air adalah sumber daya yang sangat diperlukan bagi
kehidupan manusia, baik untuk keperluan air minum, penyediaan pangan, maupun
untuk mengelola usaha-usaha pertanian. Kebutuhan sumber air meningkat,
sementara ketersediaannya dirasakan semakin terbatas. Terkait fungsi hutan
sebagai pengatur tata air, maka kebutuhan air akan terganggu apabila keberadaan
hutan mengalami kerusakan. Gangguan kebutuhan air tersebut saat ini sudah mulai
terasa, yaitu dengan terjadinya kerusakan fungsi hidro-orologis hutan oleh
berbagai sebab, yang membuat cadangan air tanah untuk mendukung sistem irigasi
semakin berkurang.
Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar
hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai
regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat
sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar
dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat
didekati dengan mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan
untuk memprediksi debit andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat
dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar
didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh
debit minimumnya (debit andalan).
Dalam siklus
air (hydrologycal cycle), hutan berperan dalam menerima dan menyimpan
air (proses infiltrasi), menahan dan menguapkan sebelum mencapai permukaan
tanah (intersepsi), maupun melepaskan air ke udara melalui penguapan dari
permukaan tanah (evaporasi) maupun dari jaringan daun (transpirasi).
Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang
dapat dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang terjadi
pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim penghujan debit yang
dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 – 67,55 liter/detik. Masyarakat desa
Ngambarsari yang terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih
rata-rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122 liter/orang/hari.
Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh masyarakat desa
Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk
memenuhi kebutuhan air bersih bagi 900 – 2.000 orang atau 19 – 42% dari jumlah
penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang.
Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa
sesungguhnya peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah
satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses
dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.
4.
Peran
hutan sebagai penghasil oksigen
Fungsi hutan yang paling penting
adalah produksi oksigen. Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada kehidupan
karena seluruh makhluk hidup di dunia ini, baik hewan, manusia, dan tumbuhan,
membutuhkan oksigen dalam melangsungkan hidupnya. Hutan berperan sebagai
penghasil oksigen sekaligus mengurangi kadar karbondioksida dan populasi udara
di bumi. Hutan terdiri sekumpulan pepohonan yang menyerap karbondioksida untuk
pembutan makanan. Istilahnya adalah fotosintesis. Hasil dari fotosintesis
adalah oksigen. Inilah gas yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk
beraktivitas. Oleh karena itu, pelestarian hutan sama pentingnya dengan
memelihara kesehatan paru-paru.
Bagaimana tumbuhan/
pohon bila dikaitkan dengan produksi oksigen ? Hasil estimasi ilmiah
menunjukkan bahwa dalam sejam satu lembar daun memperoduksi oksigen
sebanyak 5 ml. Dengan mengambil contoh pekarangan rumah anda dan sekitarnya
yang ditanami pepohonan tadi dan bila rata-rata jumlah daun per pohon 200
lembar, maka pohon-pohon di tempat tinggal anda dan sekitarnya akan
menyumbang oksegen sebanyak 10 x 100 x 200 x 5 ml = 1.000 liter per jam. Angka
ini setara dengan jumlah kebutuhan oksigen untuk pernapasan
sebanyak 18 orang (kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas adalah 53 liter
per jam). Pohon
adalah salah satu penyumbang oksigen, akan tetapi hanya sebesar 20% untuk bumi. Pohon berguna untuk mitigasi (mengurangi) karbondioksida
yang ada di bumi.
Jadi
untuk mengurangi dampak pemanasan global, tanamlah pohon agar CO2 nya dapat dimanfaatkan oleh pohon.
Karena nilai wajar dari CO2 adalah 0,1% di bumi ini, tetapi tahun 2010 ini kadar CO2 di atmosfer
bumi sudah mencapai 0,3%.
Carbon , Oksigen dan Hidrogen merupakan
bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman, berada dalam bentuk H2O
(air), H2CO3 ( asam karbonat) dan CO2 (gas karbondioksida). Karbon adalah unsur
penting sebagai pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering
tanaman terdiri dari bahan organik. Unsur Karbon ( C ), ini diserap tanaman
dalam bentuk gas CO2 yang selanjutnya digunakan dalam proses yang sangat
penting yaitu FOTOSINTESIS : CO2 + H2O-------->C6H12O6 tanpa gas CO2 proses
tersebut akan terhambat sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman pun akan terhambat.
Landegrardh (1924) menyatakan bahwa: *CO2 pada permukaan tanah sekitar 0.053 -
0.28%*Diatas daun 0.04 - 0.06 %*Satu meter di atas tanah + 0.07 % Sama halnya
dengan karbon, ternyata Hydrogen (H) merupakan elemen pokok pembangunan bahan
organik dan unsur H ini diserap oleh tanaman dalam bentuk H2O. Esensi unsur ini
bagi tanaman adalah pada proses fotosintesis ( CO2 + H2O ----> C6H12O6 ) di
sini jelas terlihat bahwa, unsur H sama pentingnya dengan unsur C. Sedangkan
Oksigen ( O ) juga terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk
pembangun bahan organik, diambil oleh tanaman dalam bentuk gas O2 esensi utama
dari unsur. Oksigen ini berperan pada proses respirasi. Proses respirasi
tanaman adalah proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis dan
hasil akhir dari proses respirasi yaitu terbentuknya ATP yang merupakan sumber
energi utama bagi tanaman untuk melakukan semua kegiatan seperti absorbsi,
transpirasi, transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun fotosintesis.
Oksigen digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina
trifosfat (ATP) selama fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini secara
garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:C6H12O6 +
6O2 → 6CO2 + 6H2O + 2880 kJ•mol-1
5.
Peran
hutan sebagai ekowisata
Hutan merupakan rumah
bagi berbagai flora dan fauna yang tak bisa dibandingkan dengan wilayah daratan
lain yang luasnya sama. Banyaknya keanekragaman hayati yang terdapat dalam hutan memberi ciri dan
keindahan tersendiri bagi para wisatawan. Dengan terjaganya hutan, ekosistem alam pun akan seimbang.
Makhluk hidup yang berada disekitarnya akan hidup dengan kecukupan, sehingga
siklus rantai makanan tidak akan terputus. Dari sisi ekonomi pun Indonesia akan
mendapat keuntungan, dengan memiliki hutan yang indah tentunya ini akan menarik
para wisatawan mancanegara. Dengan kondisi seperti ini tentunya akan menjadi
sumber devisa negara yang cukup besar.
Sebagai salah satu contoh Keindahan
sawah Desa Jatiluwih merupakan kombinasi keserasian alam dan kebudayaan Bali
yang unik dan beranekaragam dituntun atau berpedoman pada falsafah Hindu. Untuk
menjaga keberlanjutan pertanian di Jatiluwih, pembangunan pertanian selalu
berdasarkan pada penerapan konsep “Tri Hita Karana”. Konsep ini bertujuan untuk
menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Keindahan sawah di Desa Jatiluwih
menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan manca negara,
wisatawan domestik maupun wisatawan nusantara. Keunikan paduan alam, pertanian,
dan budaya Bali yang kental, Jatiluwih masuk dalam nominasi warisan dunia
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk
menjadikan Desa Jatiluwih sebagai Pusaka Alam Dunia (World Natural Heritage).
Diusulkannya Desa Jatiluwih menjadi salah satu nominasi warisan budaya dunia
akan mengangkat nama Desa Jatiluwih menjadi terkenal di dunia internasional.
Popularitas Desa Jatiluwih akan mengundang pendatang untuk berkunjung.
Banyaknya pengunjung yang datang ke Desa Jatiluwih akan merangsang pertumbuhan
ekonomi masyarakat desa. Manfaat tersebut tidak hanya Desa
Jatiluwih,
namun desa disekitarnya juga ikut merasakan dampak dari banyaknya pengunjung
yang datang ke Desa Jatiluwih yang nantinya berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan. Segenap lapisan elemen
masyarakat patut berbangga dan mendukung atas penghargaan ini agar tetap
menjaga pelestaran pertanian sawah di Desa Jatiluwih. Bentuk nyata dari upaya
tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian kawasan hutan
pegunungan Batukaru agar fungsi hidrologis sebagai regulasi air tetap berfungsi
dengan baik. Upaya tersebut perlu dilakukan karena dengan ikut menjaga
kelestarian kawasan hutan Batukaru berarti ikut mendukung Desa Jatiluwih
sebagai Lumbung Pangan, Desa Wisata, sekaligus sebagai Warisan Kekayaan Budaya
Dunia.
6.
Peran
hutan sebagai pengatur iklim global
Proses fotosintesis yang dijalankan oleh pohon-pohon dalam hutan
tersebut sangat berguna dalam mengurangi dampak perubahan iklim global (global
climate change mitigation) karena dapat mengurangi jumlah karbon di udara
sebagai gas rumah kaca.
Fungsi hutan yang lain dan sangat vital adalah pengatur iklim mikro maupun makro. Kerusakan hutan yang terjadi selama ini diyakini telah menyebabkan perubahan iklim secara global. Pengaruh perubahan iklim tersebut sangat terasa dari setiap sisi kehidupan, bahkan perubahan iklim yang terasa sejak tahun 2010 dan 2011 sudah mengganggu musim tanam bagi petani di Indonesia. Anomali cuaca berupa curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim sepanjang tahun 2010 membuat banyak tanaman padi mengalami kerusakan, dan gagal panen.
Fungsi hutan yang lain dan sangat vital adalah pengatur iklim mikro maupun makro. Kerusakan hutan yang terjadi selama ini diyakini telah menyebabkan perubahan iklim secara global. Pengaruh perubahan iklim tersebut sangat terasa dari setiap sisi kehidupan, bahkan perubahan iklim yang terasa sejak tahun 2010 dan 2011 sudah mengganggu musim tanam bagi petani di Indonesia. Anomali cuaca berupa curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim sepanjang tahun 2010 membuat banyak tanaman padi mengalami kerusakan, dan gagal panen.
Secara alami karbon dioksida di udara (atmosfer) dapat
diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Karbon dioksida yang telah
diserap kemudian diubah menjadi bahan organik (pati) yang disimpan dalam batang,
cabang, daun, akar, bunga dan buah. Semakin besar ukuran tumbuhan/pohon, maka
semakin tinggi kemampuannya dalam menyerap gas karbon dioksida dari atmosfer.
Sebagai contoh, pohon yang memiliki diameter batang 17,4 cm mampu menyerap CO2
sebanyak 289 Kg (0,289 ton), tetapi untuk pohon berdiameter 103 cm mampu
menyerap CO2 sebanyak 27289 kg (27,28 ton). Pohon-pohon berdiameter
besar banyak kita temukan di hutan tropis. Indonesia salah satu negara yang
memiliki hutan tropis yang luas. Dalam satu hektar hutan tropis di Indonesia
dapat menyerap karbon dioksida dari udara lebih dari 928 ton CO2
bahkan ada yang mencapai 2 Mega ton. Jadi, kehilangan satu hektar hutan tropis
Indonesia akan membiarkan 2 Mega ton CO2 tetap tinggal di atmosfer.
Akibatnya, perubahan iklim akan terus terjadi dan bahkan akan terjadi lebih
hebat dari yang kita rasakan saat ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hutan tropis
memiliki peranan besar dalam mencegah terjadinya perubahan iklim yang lebih
parah di masa depan. Hutan tropis menjadi pengatur keseimbangan siklus karbon
global.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Hutan
didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
· Jasa
lingkungan adalah penyediaan, pengaturan, penyokong proses alami, dan
pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan manusia yang bermanfaat bagi
keberlangsungan kehidupan.
· hutan
sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting
dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari
keberadaan hutan melalui fungsinya baik sebagai penyedia sumberdaya air bagi
manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara,
penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.
B.
Saran
Sungguh
luar biasa ciptaan Allah di dunia ini, banyak sekali memberikan manfaat bagi
manusia. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan. Jika kita bisa bersahabat dengan alam maka alam juga
akan bersahabat dengan kita, dan begitu pula sebaliknya jika kita merusak dan
seenaknya saja mengeksploitasi alam maka dampak negatifnya akan berbalik ke diri
kita sendiri.
Selain
itu dalam pengelolaan hutan, sudah saatnya didorong untuk mempertimbangkan
manfaat, fungsi dan untung-rugi apabila akan dilakukan kegiatan eksploitasi
hutan. Berapa banyak nilai dari fungsi yang hilang akibat kegiatan penebangan
hutan pada kawasan-kawasan yang memiiki nilai strategis seperti pada kawasan
utan daerah hulu DAS, sehingga pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat
dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan perncanaan dan
pengelolaan hutan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Dodi,
Supriadi.1998. Potensi Peran Akunting
Sumberdaya Hutan Dalam Perumusan Kebijaksanaan
dan Strategi Manajemen Hutan: Jakarta
Kurniawan,
Soraya.2008. Fungsi Hutan. http://files.
Word press.com/pdf. Diakses pada tanggal 02 Mei 2013 pukul 12.30 Wita.
Pujiyanto,
Sri. 2006. Peran Hutan Bagi Lingkungan.
Jakarta : Platinum.
Suryatmojo. 2004. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan
Melalui Penyimpanan Karbon dan Penyediaan Sumberdaya Air. Hasil
Penelitian :Yogyakarta.
Widjaja, H.
2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains,
Program Pasa Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor : Bogor
cerdaslah di dalam mengambil referens,,,,,
BalasHapusreferensinya bagus sekali...terima kasih
BalasHapusinformatif sekali , thanks infonya
BalasHapuspromo jsm alfamaret
Very Informatif and Helpfully, thank you for sharing .. keep doing best things ..
BalasHapusIDN Poker88
Agen Poker Terpercaya
IDN Play
Dewa Poker
Situs Poker
DominoQQ
Poker Online
Agen Sbobet | Situs Bandar Bola Online Terpercaya | indocbet
BalasHapusIndoCBET adalah Daftar agen sbobet Situs Bandar Bola Online Terpercaya resmi Taruhan Bola dengan lisensi indonesia
Bergabunglah bersama indoCBET bersama kami dengan Bonus Terbesar Saat ini
BONUS NEW MEMBER 20%
BONUS DEPOSIT 5%
BONUS CASHBACK 5%
BONUS ROLLINGAN 0.5%
BONUS REFERENSI 5%
Tersedia Agen
SBOBET, AMGBET, CBET
Deposti 25ribu
Whatsapp indocbet : 0822.8637.2298