BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 –
5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral
meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan
tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat
masam karena banyak mengandung asam sulfat.
Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah
mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+)
di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion‑ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada
tanah‑tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-.
Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila
kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.
Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman
akan tumbuh kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah.
Memang ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa.
Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit sedangkan hara mikro seperti
Besi dan Aluminium tinggi. Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan
keracunan.
Salah satu upaya yang ditempuh dalam upaya meningkatkan
dan memperbaiki lahan masam adalah dengan menurunkan keasaman dan meningkatkan
kejenuhan basa yang diperoleh dengan pemberian kapur serta pemupukan. Dengan
adanya peningkatan kejenuhan basa, maka pH tanah naik dan unsur hara relatif
lebih mudah tersedia.
Pada pembuatan makalah kali ini, kami ingin mengetahui
lebih lanjut penyebab kemasaman tanah dan upaya peningkatan pH serta potebsi
pemanfaatanya untuk tanaman.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan malakalh ini yaitu
sebagai berikut:
1.
Apakah
pengertian reaksi tanah ( pH tanah ), dan tanah masam itu?
2.
Apakah
faktor penyebab kemasaman tanah?
3.
Bagaimana
sifat kemasaman tanah itu?
4.
Bagaiamana
ciri-ciri tanah yang masam ?
5.
Bagaimanakah
akibat dari tanah masam untuk tanaman?
6.
Bagaiamana
upaya peningkatan pH dalam mengurangi kemasaman tanah?
7.
Bagaimana
pengaruh ph terhadap pertumbuhan tanaman?
C. Tujuan
penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian reaksi tanah (pH tanah
), dan tanah masam, dan mampu mengetahui sifat kemasaman tanah, ciri-ciri tanah
yang masam, akibat dari tanah masam untuk tanaman, dan upaya peningkatan ph
dalam mengurangi kemasaman tanah serta pengaruh pH terhadap pertumbuhan
tanaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Reaksi Tanah (pH tanah) dan Tanah Masam
Reaksi tanah atau pH adalah derajat keasaman
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dalam tanah. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+)
yang terlarut. Sejumlah proses dalam
tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung
spesifik. Pengaruh lansung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan
organik, pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak
lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. sebagai contoh
perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang
tinggi bisa meracun bagi tanaman.
Secara
teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti kepekatan
ion hidrogen di dalam tanah ada 10 ‑ 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada kepekatan ini sangat
asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10‑14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat basa. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat
diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan
teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.
Tanah masam adalah tanah yang memiliki nilai PH kurang dari 5,5, baik
berupa lahan kering maupun lahan basah, semakin rendah pH tanahnya maka semakin
ekstrim kemasamannya. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalam tanahtersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam
tanah terlalu tinggi maka tanah akan
bereaksi asam, sebaliknya bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah
akan bereaksi basa. Pada kondisi ini
kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
2. Faktor
Penyebab Kemasaman Tanah
a. Air Hujan
Ada
kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah
(asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya
adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer
akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air.
Ketika air
hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi
ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6.
b.
Respirasi Akar
Tanaman juga menghasilkan karbon dioksida karena proses
respirasi akar, dan selama periode pertumbuhan aktif akar dapat menyebabkan
karbon dioksida di tanah yang konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali dari di
atmosfer, sehingga terjadi peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut dalam
air tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih
rendah.
c. Pupuk
Karbon dioksida bukan satu-satunya sumber ion hidrogen
dalam tanah, namun. Pada tanah yang dikelola, pupuk dapat menjadi sumber utama
ion hidrogen.
Faktor Pupuk
(Pupuk Amonium dan Pupuk Mono Kalsium Fosfat).
·
Pupuk Amonium
Pupuk modern biasanya menggunakan amonium sebagai sumber
nitrogen, akan tetapi oksidasi ammonium dihasilkan ion nitrat dan ion hidrogen
sehingga menyebabkan pengasaman tanah.
Dengan kata
lain, dua atom hidrogen dihasilkan setiap molekul ammonium teroksidasi.
·
Pupuk Mono Kalsium Fosfat
Monocalcium fosfat yang sering digunakan sebagai salah
satu komponen pupuk juga menjadi faktor penyebab terjadinya proses pengasaman
tanah (meskipun lebih rendah daripada amonium). Senyawa ini akan terhidrolisis
dalam air membentuk fosfat bikalsium dan Asam fosfat.
Asam fosfat
terdisosiasi sangat cepat seiring dengan peningkatan pH dari 3,0 menjadi lebih dari 7.0.
Secara umum ion
hidrogen (H+) ketiga tersebut akan terlarut pada pH di atas netral,
sehingga tidak termasuk faktor penyebab pengasaman tanah. Akan tetapi, kedua
ion hidrogen ( H+) yang sudah terlarut dalam kisaran pH tanah asam, termasuk
faktor penyebab kemasaman tanah.
Ketika pupuk
fosfor diberikan dalam lubang tugal, maka H3PO4 terdisosiasi dalam tanah
sehingga terjadi nilai pH yang sangat rendah didekat pupuk tersebut. Tingkat
keasaman ini akan secara bertahap menyebar ke dalam tanah sekitar lokasi pupuk.
Menurut Lindsay dan Stephenson (1959), nilai pH 1,5 dapat
ditemukan segera di zona sekitar pupuk tersebut.
Faktor Reaksi Oksidasi yang Menghasilkan Ion Hidrogen
Semua reaksi
oksidasi dalam tanah yang menghasilkan ion hidrogen dapat menyebabkan
terjadinya pengasaman tanah. Salah satu reaksi pengasaman paling
efektif adalah oksidasi sulfur anorganik. Belerang biasanya digunakan jika
tanah memiliki pH lebih tinggi dari yang diinginkan, sehingga diperlukan upaya
penurunan pH tanah. Misalnya, Reaksi oksidasi pirit yang terjadi pada tanah
rawa yang diangkat sehingga terjadi reaksi oksidasi dari pirit tanah tersebut. Setiap ion S
dihasilkan 2 ion Hidrogen
d. Bahan Organik
Berbagai macam Bahan Organik juga dapat menyebabkan
pengasamkan tanah. Kemampuan pengasamannya tergantung pada jenis tanaman
sebagai sumber bahan organik tersebut. Beberapa tanaman mengandung asam
organik dalam jumlah yang sangat berbeda dengan tanaman lainnya. Asam organik hasil dekomposisi bahan
organik menyebabkan pengasaman tanah.
Bahan organik yang berasal dari tanaman dengan kandungan
basa-basa rendah juga menyebabkan terjadinya sedikit pengasaman tanah. Bahan
organik yang berasal dari tanaman dengan kandungan basa-basa kurang mencukupi
kebutuhan mikrobia pendekomposernya, menyebabkan mikrobia tersebut menyerap
basa-basa keperluannya dari sistem tanah, sehingga basa-basa tanah seperti
kalsium dan magnesium terkuras dari tanah maka menyebabkan terjadinya
pengasaman tanah.
e. Tanaman
Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman
tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran
dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman
tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah. Contohnya adalah tanaman
Legumninosa. Selama masa pertumbuhan tanaman Leguminosa terjadi penyerapan
anion dan kation dengan perbandingan yang tidak seimbang, sehingga lebih
mengasamkan tanah. Tanaman
leguminosa menyerap hara nitrogen dari hasil fiksasi mikrobia yang bersimbiosis
dengannya. Tanaman non-leguminosa menyerap nitrogen dari sistem tanah dan
penyerapan ini dalam kondisi yang seimbang dengan penyerapan kation-kation
basa, sehingga lebih sedikit pertukaran dengan ion hidrogen, maka sedikit
menyebabkan pengasaman tanah.
f. Hujan Asam
Hujan asam juga memberikan kontribusi dalam proses
pengasaman tanah. Dalam sistem tanah kontribusi dari hujan asam relatif rendah
dibandingkan dengan pengaruh dari pasir sesquioxida yang bersifat sangat asam
yang kapasitas tukar kation sangat rendah. Akan tetapi banyak tanaman sangat
peka terhadap pengaruh dari hujan asam.
Adapun faktor lainya penyebab kemasaman pada tanah yaitu
sebagai berikut : Tanah bereaksi masam (pH rendah) adalah karena tanah
kekurangan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO), ini disebabkan oleh:
• Curah hujan
tinggi, pada daerah dengan iklim tropika basah, dengan curah hujan yang tinggi,
secara alami tanah akan menjadi masam akibat pencucian unsur hara yang ada.
• Pupuk pembentuk
asam, Pupuk nitrogen seperti Urea, ZA, Amonium Sulfat, Kcl, ZK adalah pupuk
yang mempunyai pengaruh mengasamkan tanah.
• Drainase,
Drainase yang kurang baik, genangan air yang terus menerus pada tanah yang
berawa, tanah pada keadaan yang demikian selalu asam.
• Adanya unsur
berlebihan, Al (Alumunium), Fe (Besi) dan Cu (Tembaga) dalam kadar yang
berlebih, seperti disekitar pegunungan verbek atau daerah tambang nikel, besi
dan tembaga selalu di jumpai tanah asam.
• Proses
dekomposisi bahan organik, Pada tanah berbahan organik tinggi seperti pada
tanah gambut selalu dijumpai tanah asam dengan pH rendah, hal itu karena proses
dekomposisi bahan organik yang dalam prosesnya akan mengusir dan mengeluarkan
unsur (Kalsium) CaO dari dalam tanah.
3. Sifat
Kemasaman Tanah
Terdapat
dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni keasaman (reaksi tanah)
aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi
hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang
diukur pada pemakaiannya sehari‑hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya
kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun
yang terdapat dalam larutan.Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan
reaksi tanah yang asam atau basa. Asam‑asam organik dan anorganik, yang
dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah , merupakan konstituen tanah
yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah. Respirasi akar tanaman
menghasilkan C02 yang akan membentuk H2CO3 dalam air. Air merupakan sumber lain
dari sejumlah kecil ion H+. Suatu bagian yang besar dari ion‑ion H+ yang dapat
dipertukarkan
H H---Lempung = H+H
H H---Lempung = H+H
Ion‑ion H+
tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion‑ion H+ bebas. Derajat ionisasi dan disosiasi ke
dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion‑ion H+ yang dapat
dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau
cadangan. Besaran dari kemasaman potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi
tanah. Ion‑ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan
dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Menentukan
Kemasaman Tanah
Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan soil tester.
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara hati‑hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut. Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masing‑masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6 maka pH‑nya 6.Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas lakmus. Bentuknya seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk padatan, ada bagian yang runcing. Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah hingga pada batas yang dianjurkan. Setelah ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian jarum skala yang terletak di bagian atas alat ini akan bergerak. Angka yang ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH dari tanah tersebut.
Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk megukur nilai pH tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1‑2 ha. Walaupun demikian, alat ini masih bisa diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH berbentuk kotak dengan jarum penunjuk angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan dengan besi sepanjang 25 cm yang ujungnya runcing dan dilapisi logam elektroda. Besi inilah vang ditancapkan ke tanah. Jumlah besi bisa 1‑2 buah.
Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda ini terdiri dari suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya disisipkan kawat Ag‑AgCl, yang berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan (voltase) tetap. Pada waktu bola kaca tersebut itu dicelupkan ke dalam suatu larutan, timbul suatu perbedaan antara larutan di dalam bola dan larutan tanah di luar bola kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan, kedua elektroda pertama‑tama harus dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui pH‑nya (misalnya konsentrasi ion H+ = 1 g/L). Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH meter).
Dalam pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam suspensi tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel‑partikel padat terdispersi dalam suatu larutan aquadest. Jika partikel‑partikel padat dibiarkan mengendap, pH dapat diukur dalam cairan supernatant atau dalam endapan (sedimen). Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant biasanya memberikan bacaan pH yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen. Perbedaan dalam bacaan pH ini disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum pengukuran tidak akan memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan yang tidak stabil.
Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan soil tester.
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara hati‑hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut. Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masing‑masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6 maka pH‑nya 6.Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas lakmus. Bentuknya seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk padatan, ada bagian yang runcing. Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah hingga pada batas yang dianjurkan. Setelah ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian jarum skala yang terletak di bagian atas alat ini akan bergerak. Angka yang ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH dari tanah tersebut.
Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk megukur nilai pH tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1‑2 ha. Walaupun demikian, alat ini masih bisa diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH berbentuk kotak dengan jarum penunjuk angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan dengan besi sepanjang 25 cm yang ujungnya runcing dan dilapisi logam elektroda. Besi inilah vang ditancapkan ke tanah. Jumlah besi bisa 1‑2 buah.
Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda ini terdiri dari suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya disisipkan kawat Ag‑AgCl, yang berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan (voltase) tetap. Pada waktu bola kaca tersebut itu dicelupkan ke dalam suatu larutan, timbul suatu perbedaan antara larutan di dalam bola dan larutan tanah di luar bola kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan, kedua elektroda pertama‑tama harus dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui pH‑nya (misalnya konsentrasi ion H+ = 1 g/L). Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH meter).
Dalam pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam suspensi tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel‑partikel padat terdispersi dalam suatu larutan aquadest. Jika partikel‑partikel padat dibiarkan mengendap, pH dapat diukur dalam cairan supernatant atau dalam endapan (sedimen). Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant biasanya memberikan bacaan pH yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen. Perbedaan dalam bacaan pH ini disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum pengukuran tidak akan memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan yang tidak stabil.
4. Ciri-Ciri
Tanah Yang Masam
Tanah yang masam memiliki ciri berbau busuk, permukaan
air seperti ditutupi lapisan karat besi, dan banyak tumbuh lumut. Jenis tanah dari lahan ini digolongkan
juga sebagai tanah bermasalah, yaitu tanah yang mempunyai sifat baik fisika,
kimia, maupun biologi lebih jelek dibandingkan dengan tanah mineral umumnya
sehingga produktivitas lahan jenis tanah ini tergolong rendah, bahkan sangat
rendah .
Tanah sulfat masam dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu :
(1). Tanah sulfat masam potensial yang dicirinya antara lain lapisan pirit pada kedalaman>50 cm dari permukaan tanah (2). Semua jenis tanah yang digolongkan sebagai tanah sulfat masam aktual. Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam potensial yang dicirikan oleh warna kelabu, kemasaman sedang-sampai dengan masam (pH>4.0), sementara itu yang dimaksud dengan tanah sulfat masam aktual yang dicirikan dengan warna kecoklatan pada permukaan, dan sangat masam atau pH< 3,5 (Noor, 2004).
(1). Tanah sulfat masam potensial yang dicirinya antara lain lapisan pirit pada kedalaman>50 cm dari permukaan tanah (2). Semua jenis tanah yang digolongkan sebagai tanah sulfat masam aktual. Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam potensial yang dicirikan oleh warna kelabu, kemasaman sedang-sampai dengan masam (pH>4.0), sementara itu yang dimaksud dengan tanah sulfat masam aktual yang dicirikan dengan warna kecoklatan pada permukaan, dan sangat masam atau pH< 3,5 (Noor, 2004).
Tanah sulfat masam merupakan tanah yang mengandung
senyawa pirit (FeS2), banyak terdapat di daerah rawa, pasang surut maupun
lebak. Mikroorganisme sangat berperan dalam pembentukan tanah tersebut. Pada
kondisi tergenang senyawa tersebut bersifat stabil, namun bila telah
teroksidasi maka akan memunculkan problem bagi tanah, kualitas kimia perairan
dan biota-biota yang berada baik di dalam tanah itu sendiri maupun yang berada
di badan-badan air, dimana hasil oksidasi tersebut tercuci ke perairan
tersebut.
5. Akibat
Dari Tanah Masam Untuk Tanaman
Tanah yang masam dapat menyebabkan penurunan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman
akibat kekurangan unsur hara Ca dan Mg, meningkatkan dampak
unsur beracun dalam tanah
akibat tingginya kandungan Al3+, berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis
terganggu, mempengaruhi
fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi
nitrogen oleh Rhizobium dan Terakumulasinya
ion H+ pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Mensvoort dan Dent (1998) menyebutkan bahwa senyawa
pirit (ferit) tersebut merupakan sumber masalah pada tanah tersebut. Selain itu
jika tanah ini dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk
senyawa feri hidroksida Fe(OH)3 sulfat SO42- dan ion hidrogen H+ sehingga tanah
menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+ dan Mn2+ bertambah
di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Ketersediaan fosfat
menjadi berkurang karena diikat oleh besi atau aluminium dalam bentuk besi
fosfat atau aluminium fosfat. Biasanya bila tanah masam kejenuhan basa menjadi
rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah (Putu dan
Widjaya-Adhi, 1990).
6. Upaya
Peningkatan Ph Dalam Mengurangi Kemasaman Tanah
Pada prinsipnya ada tiga kelompok cara
penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan
tanah dan pengendalian gulma di tingkat masyarakat, yaitu cara kimia, cara
fisik-mekanik dan cara biologi.Masing-masing cara memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga dalam praktek ketiga cara tersebut seringkali diterapkan
secara bersama-sama.
Cara kimia merupakan salah satu upaya
pemecahan masalah kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan.
Beberapa upaya yang sudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan
penyemprotan herbisida.
A. Pengapuran
Pengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam
tanah masam dengan tujuan untuk:
a) Menaikkan pH
tanah
Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al
tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi
yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat
dari pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem
penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa
waktu berselang.
b) Meningkatkan
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
KTK meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah.
Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap, karena sistem penyangga pH
tanah tersebut di atas.
c) Menetralisir Al yang meracuni tanaman.
Karena unsur Ca bersifat tidak mudah bergerak, maka kapur
harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyai konsentrasi
Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karena dibutuhkan tenaga
dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu pemadatan tanah.
Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang lebih mudah
bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan menetralkan Al.
Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat
pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara yang lain.
Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K
yang tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan
tanaman menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah
cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada
awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada tanah tersebut.
Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan
produktifitas tanah tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa
keuntungan dari pengapuran adalah : 1) fosfat menjadi lebih tersedia, 2) kalium
menjadi lebih efisien dalam unsur hara tanaman, 3) struktur tanahnya menjadi
baik dan kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, 4) menambah Ca dan Mg bila
yang digunakan adalah dolomin, dan 5) kelarutan zat‑zat yang sifatnya meracun tanaman
menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Selain tanah‑tanah yang bereaksi masam, terdapat pula tanah yang,
bereaksi alkalis (basa) dengan derajat pH lebih dari 8.0. Tanah‑tanah demikian perlu diturunkan pH nya
sampai mendekati netral agar permanfaatannya untuk berusaha tani lebih baik.
Usaha untuk menurunkan pH pada tanah yang reaksinya alkalis dapat dilakukan
dengan memberikan beberapa bahan, yaitu tepung belerang (S).
Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk menaikkan pH
tanah yang paling umum pada tanah‑tanah pertanian yang menghendaki perbaikan derajat
keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan.
Pada cara disebar, sebulan sebelum penanaman
dilaksanakan, kapur bakar atau kapur mati diberikan dengan jalan disebar merata
di permukaan tanah. Pada pengolahan tanah terakhir (menghaluskan dan
meratakan), kapur diaduk dengan tanah agar butir‑butir kapur masuk ke dalam lapisan tanah. Bila yang
digunakan tepung batu kapur (kapur pertanian) hendaknya diberikan jauh lebih
awal daripada kapur bakar maupun kapur mati. Cara pemberian dengan disebar
biasa dilaksanakan pada penanaman kedelai, dengan menggunakan dosis 2 ‑ 4 ton kapur mati per hektar.
Pengapuran dengan cara disemprotkan biasa dilakukan pada
tanaman kacang tanah. Pada tanaman ini pengapuran merupakan suatu pekerjaan
yang baik untuk menyediakan unsur Ca bagi tanarnan kacang tanah. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan Ca pada kacang tanah adalah besar terutama untuk
pembentukan polong.
Cara pemberian tepung belerang adalah pada saat
pengolahan tanah tepung belerang ditaburkan di atas permukaan tanah. Pada
pengolahan selanjutnya tepung belerang akan diaduk atau teraduk ke dalam
lapisan tanah. Sedangkan cara pernberian gypsum adalah tepung gypsum halus
ditebarkan pada permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah. Jumlah gypsum
yang dibutuhkan untuk menurunkan pH dari derajat basa sampai mendekati netral
adalah 6 ton per hektar, tergantung, pada alkalinitas asal dan jenis tanahnya.
Setelah pemberian tepung gypsum dilaksanakan, lahan harus dialiri dengan air
tawar.
Bila ada kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan
kapur melebihi pH tanah yang diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman,
biasanya tanaman akan memberikan tanggapan terhadap pengapuran akan sangat
menderita, terutama pada tahun pertama pemberian kapur. Pemberian kapur dalam
jumlah sedang pada tanah berat tidak akan memberikan pengaruh buruk. Tetapi,
pada tanah berpasir atau berdebu dan bahan organik rendah jumlah pemberian
kapur yang sama menyebabkan banyak tanaman menderita. Pengaruh buruk yang dapat
terjadi adalah : 1 ) kekurangan besi, mangan, tembaga dan seng, 2) Ketersediaan
fosfor mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan tidak larut, 3)
Serapan fostor dan penggunaannya dalarn metabolisme tanaman dapat terganggu, 4)
serapan boron dan penggunaannya dapat terganggu dan 5) perubahan pH yang
meningkat cepat dapat berpengaruh buruk. Dengan begitu kerusakan akibat
kelebihan kapur sukar diterangkan secara memuaskan, karena adanya hubungan
biokoloidal yang kompleks dalam tanah.
Untuk menentukan banyaknya kapur yang diperlukan untuk
tiap-tiap hektar tanah diperlukan beberapa cara antara kain, yaitu :
1) Metode SMP
(Schoemaker, McLean, dan Pratt). Metode ini dilanjutkan dengan mengukur jumlah
H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan dan larut dengan menggunakan larutan SMP
buffer. Prosedurnya yaitu terlebih dahulu mengocok tanah dengan air destilat
kemudian diukur pH-nya. Dengan kertas lakmus atau pH meter. Bila tanah tersebut
tergolong masam, maka pengukuran dilanjutkan dengan menambah larutan SMP buffer
lalu dikocok. Kemudian diukur lagi pH-nya. Berdasarkan metode ini maka
kebutuhan kapur dapat diketahui melalui tabl kebutuhan kapur.
2) Metode
berdasarkan kadar Al-dd tanah permukaan, yaitu kadar Al-dd yang diekstrak
dengan larutan KCl 1 N.
B. Pemupukan (Penambahan Unsur Hara)
Pemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam
menangani masalah keadaan unsur hara, namun bila kurang memperhatikan
kaidah-kaidah pemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. Pada
saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia
terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Oleh
karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau
kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap
atau tercuci sebelum tanaman menyerap
seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi
kebutuhan tanaman juga untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar
selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.
Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation,
akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya
mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam
umumnya sangat rendah). Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah
sekali tercuci.
Supaya tujuan yang ingin dicapai melalui pemupukan dapat
berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
a). Waktu
pemberian pupuk
Waktu pemberian pupuk harus diperhitungkan supaya pada
saat pupuk diberikan bertepatan dengan saat tanaman membutuhkannya, yang
dikenal dengan istilah sinkronisasi (Gambar 4.1). Hal ini dimaksudkan agar
tidak banyak unsur hara yang hilang tercuci oleh aliran air, mengingat
intensitas dan curah hujan di kawasan ini sangat tinggi. Waktu pemberian pupuk
yang tepat bervariasi untuk berbagai jenis pupuk dan jenis tanamannya.
Pemupukan N untuk tanaman semusim sebaiknya diberikan
paling tidak dua kali, yaitu pada saat tanam dan pada saat pertumbuhan maksimum
(sekitar 1-2 bulan setelah tanam). Sementara pupuk P dan K bisa diberikan
sekali saja yaitu pada saat tanam.
b). Penempatan Pupuk
Penempatan pupuk harus diusahakan berada dalam daerah
aktivitas akar, agar pupuk dapat diserap oleh akar tanaman secara efektif.
Kesesuaian letak pupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah
sinlokalisasi.
c). Dosis pupuk
Jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
tanaman, supaya pupuk yang diberikan tidak banyak yang hilang percuma sehingga
dapat menekan biaya produksi serta menghindari terjadinya polusi dan keracunan
bagi tanaman.
Walaupun pemupukan merupakan cara yang mudah dan cepat
untuk mengatasi permasalahan kahat (defisiensi) hara, namun terdapat beberapa
kelemahan dari cara ini yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program
pemupukan.
·
Beberapa
kelemahan dari pengelolaan tanah secara kimia adalah:
-
Pemupukan membutuhkan biaya tinggi
karena harga pupuk mahal
-
Penggunaan pupuk tidak dapat
menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, bahkan cenderung
mengasamkan tanah.
-
Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan
menyebabkan pencemaran lingkungan
C. Penyemprotan herbisida
Tumbuhan pengganggu atau gulma yang
tumbuh dalam lahan yang ditanami menyebabkan kerugian karena mengambil unsur
hara dan air yang seharusnya dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu
keberadaan dan pertumbuhan gulma harus ditekan.
Cara kimia juga dipergunakan untuk
menekan pertumbuhan gulma yang banyak ditemukan pada tanah masam seperti
alang-alang, yakni dengan memakai herbisida. Pemakaian herbisida harus
dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya,
demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan
diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahaya
keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta
pencemaran lingkungan.
D. Pemberian Bahan Organik
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah
juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik
dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik
tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan
pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi
positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam
humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci. Penyediaan bahan organik dapat pula
diusahakan melalui pertanaman lorong (alley cropping).
Selain pangkasan tanaman dapat menjadi sumber bahan
organik tanah, cara ini juga dapat mengendalikan erosi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penanaman Flemingia sp. dapat meningkatkan pH tanah dan
kapasitas tukar kation serta menurunkankejenuhan Al. Petani menyadari bahwa
pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut mereka,
pengaruh pupuk organik dalam memperbaiki kesuburan tanah kurang spontan akan
tetapi pengaruhnya lebih tahan lama. Sedangkan pupuk buatan pengaruhnya spontan
akan tetapi hanya tahan beberapa minggu atau bulan. Pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk hijau, kotoran ternak, bagas, dan sebagainya.
Berdasarkan pengalaman bahwa pengusahaan tanaman semusim yang sebagian besar
biomasanya tidak dikembalikan, lebih cepat menguras zat makanan yang ada di
tanah, mereka mulai belajar mengembalikan sisa-sisa panen ke lahan.
E. Pengaturan Sistem Tanam
Pengaturan sistem tanam sebenarnya hanya bersifat untuk
mencegah keasaman tanah atau mencegah kemasaman tanah yang lebih parah. Hal ini
berkaitan erat dengan artikel maspary yang berjudul Mengatasi Tanah Asem- asemen Pada Padi
Sawah. Pemberaan. Untuk mempertahankan
kesuburan tanah, petani memberakan lahan [Bahasa Jawa: bero] atau membiarkan
semak belukar tumbuh di lahan yang telah diusahakan beberapa musim. Menurut
mereka, tanaman akan tumbuh lebih baik pada lahan yang sebelumnya diberakan. Bera
dengan hanya mengandalkan suksesi alami memerlukan waktu lebih lama untuk
mengembalikan kesuburan tanah. Tumpanggilir. pengusahaan satu jenis tanaman
semusim saja selama tiga tahun berturut-turut menyebabkan tanah menjadi “kurus”
dan “cepat panas”. Menurut pengamatan petani, jenis tanaman pangan yang banyak
menguras zat makanan dalam tanah [Bhs.Jawa : ngeret lemah] adalah ubikayu,
ketela rambat dan kacang tanah. Tumpangsari. Beberapa petani juga melakukan
tumpangsari di lahan mereka.
Pada umumnya dasar keputusan petani untuk memilih sistem
tumpangsari adalah karena alasan ekonomi, bukannya kesadaran untuk
mempertahankan kesuburan tanah. Misalnya pendapatan petani dari hasil
tumpangsari jagung dan padi ternyata lebih besar dari hasil jagung atau padi
monokultur. Pencegahan erosi. Pada dasarnya petani menyadari pentingnya
pencegahan erosi di lahan mereka, terutama pada lahan yang curam. Beberapa
usaha yang telah dicoba adalah dengan membuat guludan sejajar kontur atau
menggunakan batang pohon yang ditebang pada saat pembukaan lahan sebagai
teras-teras akan tetapi karena intensitas curah hujan yang tinggi serta
struktur tanah yang kurang mantap menyebabkan guludan tersebut mudah longsor.
Sebagian petani ada yang membuat guludan tegak lurus arah kontur, sehingga air
limpasan bisa mengalir lebih cepat. Cara ini memang bisa mengurangi kerusakan
guludan dan mempercepat pematusan karena tanaman tertentu tidak menyukai tanah
yang terlalu basah, tetapi pengikisan tanah (erosi) tetap terjadi.
F. Pemberian Mikroorganisme Pengurai
Terdapatnya
bahan organik yang belum terurai juga akan menyumbangkan tingkat keasaman
tanah, pristiwa ini sering maspary lihat pada tanah-tanah sawah yang terlalu
cepat pengerjaannya. Pemberian mikroorganisme pengurai akan mempercepat
dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga akan membantu ketersediaan dan
keseimbangan unsur hara. Selain itu perombakan bahan organik juga akan
menyeimbangkan KTK tanah.
7. Pengaruh
Ph Terhadap Pertumbuhan Tanaman
1.
Menentukan
mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara
akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar
unsur hara akan mudah larut dalam air.
2.
Derajat
pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Jika tanah masam akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang
selain meracuni tanaman juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap
tanaman. Selain itu pada tanah masam juga terlalu banyak unsur mikro yang bisa
meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak ditemukan unsur Na (Natrium)
dan Mo (Molibdenum)
3.
Kondisi
pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 –
7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian
juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang
dengan baik.
·
Pengaruh tingkatan pH tanah terhadap
tanaman adalah sebagai berikut:
- pH dibawah 4.5
(terlalu asam), menyebabkan
akar rusak sehingga kualitas dan jumlah panen turun. Terlihat pada saat
perubahan tanaman dari fase vegetatif ke generatif.
- pH 5.5 sampai 6 (rata-rata tanah di Indonesia), Terdapat unsur hara yang optimum
untuk tanaman
- pH diatas 6, Pada tingkatan ini, tanaman akan
terlalu vegetatif. Hal ini tidak berpengaruh pada kualitas buah karena berada
di musim yang tidak tepat.
- Menaikan atau menurunkan pH tanah juga berguna untuk
pengendalian penyakit, pH tanah diubah agar tidak sesuai dengan kebutuhan
pathogen, biasanya untuk tanaman umbi-umbian seperti kentang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Reaksi tanah menunjukkan keasaman dan
kebasaan tanah dan dinyatakan sebagai pH. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar
atau kepekatan ion hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila
kepekatan ion hidrogen (H+ ) di dalam tanah tinggi maka tanah disebut asam
Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah disebut basa.
Pada kondisi ini kadar kation OH‑ lebih tinggi dari H+.
Reaksi tanah dibedakan menjadi
kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang
diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi
tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap
oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalarn larutan.Tanah masam
karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion AL3+ yang bersifat masam karena
dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Di daerah rawa‑rawa atau tanah gambut, tanah masam
umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi.
Pengapuran merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah
untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya unsur‑unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur
tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan
kelarutan zat‑zat yang
sifatnya meracuni tanaman dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Saran
Untuk penanaman tanaman perlu
memperhatikan kondisi tanahnya, karena tanah sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan tanaman itu sendiri, jika tanahnya terlalu masam atau terlalu
alkalis maka peetumbuhanya akan terhambat dan bisa menyebabkan kematian akibat
unsur hara tanaman dalam tanah sedikit atau kurang.
DAFTAR ISI
http://ambarawa-jawa.blogspot.com/2012/09/pengapuran-untuk-meningkatkan-ph-tanah.html. Diakses pada hari
Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul 13.00 Wita.
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=6&aid=2982. Diakses pada hari
Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul 15.00 Wita
http://ganitri.blogspot.com/2009/05/pengaruh-ph-tanah-terhadap-pertumbuhan.html. Diakses pada hari
Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul 13.24 Wita
http://www.gerbangpertanian.com/2011/11/mengatasi-tanah-masam-dan-basa.html. Diakses pada hari
Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul 12.30.00 Wita
http://ganitri.blogspot.com/2009/05/
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pekalongan - Kota SANTRI - Cara Menanggulangi
Masalah Tanah Masam.htm. Diakses pada hari Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul
11.00 Wita
worldagroforestry.org, pupukdsp.com,
doctortani.com, repository.usu.ac.id. Diakses pada hari Senin tanggal 09 Desember 2013
pukul 16.00 Wita
http://www.profitgoonline.com. Berbagi Dengan Ikhlas Karya Ilmiah tentang Pengaruh PH Tanah pada
pertumbuhan tanaman.htm. Diakses pada hari Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul
14.00 Wita
http://ambarawa-jawa.blogspot.com/2012/09 Jurnal Hijau
Reaksi Tanah (Ph).Htm. Diakses
pada hari Senin tanggal 09 Desember 2013 pukul 13.00 Wita
banyaknya artikel yang ada disini memiliki kualitas content yang bermanfat bagi saya, tak heran bila blog pertanian ini ramai pengunjung? salam sukses
BalasHapusBagus namun bagi petani yg awam,bahasa nya terlalu berat.
BalasHapusKalau bisa bahasanya yg mudah dimengerti,salam pertanian!!!
Bagus namun bagi petani yg awam,bahasa nya terlalu berat.
BalasHapusKalau bisa bahasanya yg mudah dimengerti,salam pertanian!!!
bagus, sayangnya tidak ada sumber yang jelas
BalasHapus
BalasHapusthanks kak infonya sangat berguna
promo jsm alfamaret