Sabtu, 11 Januari 2014

POSTER BAMBU PETUNG


HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA LINGKUNGAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Beberapa tahun terkahir ini penjarahan hutan atau penebangan hutan liar di kawasan hutan makin marak terjadi, seakan-akan tidak terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar bisa besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan, terutama pada kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan biodiversitas besar. Badan planologi Departemen melaui citra satelit menunjukkan luas lahan yang masih berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di pulau jawa tahun 1999/2000 hanya tinggal empat persen saja. Kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini tidak saja hilangnya suatu kawasan hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek misalnya kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan (iklim, mikro), keindahan (wisata), penghasilan (hasil hutan non kayu, dan kayu), penyerapan karbon (carbon sink), pangan dan obat-obatan akan tetapi juga hilangnya biodeversity titipan generasi mendatang.
Saat ini dunia internasional telah berkembang trend baru melalui perdagangan karbon (CO2). Perdagagan karbon diawali dengan disepekatinya Kyoto Protocol bahwa Negara- negara penghasil emisi karbon harus menurunkan tingkat emisisnya dengan menerapkan teknologi tinggi dan juga menyalurkan dana kepada Negara-negara yang memiliki potensi sumber daya alam untuk mampu menyerap emisi karbon secara alami misalnya melalui vegetasi (hutan). Indonesia dengan luas hutan tersebar ketiga di dunia, bisa berperan penting untuk mengurangi emisi dunia melalui carbon sink. Hal ini bisa terjadi jika hutan djiaga kelestariannya dan melakukan penanaman  (afforestasi) pada kawasan bukan hutan (degraded land). Serta melakukan perbaikan kawasan hutan yang rusak (degraded forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi).
Sektor kehutanan adalah salah  sektor yang paling dominan dalam menyusun peran jasa lingkungan. Hal ini disebabkan hutan secara alami telah memberikan manfaat dan menyokong kehidupan, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena  itu sudah saatnya dilakukan upaya penghitungan manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan yang diharapkan mampu memberikan nilai ekonomi lebih tinggi dengan mengetahui berbagai kemampuanya dalam menyediakan sumber daya air, penyerap karbon, penghasil oksigen, jasa wisata alam, satwa, biodiversitas, dan sebagainya.

B.     Tujuan Penulisan 
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian hutan, pengertian jasa lingkungan, dan peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian hutan
Hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kata kunci utama dalam definisi ini yaitu dominasi pepohonan dalam luasan yang memadai tersebut mampu membuat hutan bisa memerankan beberapa fungsi, antara lain menjaga keseimbangan iklim dan mampu menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan tata air, memproduksi udara bersih, dan sebagainya. Semua peran hutan yang  disebutkan tadi umumnya dikenal sebagai jasa ekosistem hutan atau juga disebut jasa lingkungan. Jika kita cermati pengelolaan hutan yang dilaksanakan selama ini, maka sangat cenderung pada apa yang dinamakan timber oriented, orientasi utamanaya pada produksi kayu hanya 5% dari produksi hutan dan sisanya , 95% adalah produksi berupa jasa lingkungan. Tetapi produksi kayu yang berlebihan, dapat merusak produksi jasa lingkungan yang sebesar 95%.
B.     Pengertian tentang jasa lingkungan
Jasa lingkungan adalah penyediaan, pengaturan, penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan manusia yang bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan. Empat jenis jasa lingkungan yaitu tata daur air, jasa lingkungan keanekaragaman hayati, jasa lingkungan penyerapan karbon dan jasa lingkungan keindahan.

1.      Peran hutan dalam pengendalian daur air
Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa perdamaian terhadap banjir, erosi, dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan sebagai  berikut :
1.      Ketersediaan air dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai agar dapat dimanfaatkan makhlukm hidup dan lingkungan sekitarnnya.
2.      Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
-          Evapotranspirasi
-          Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
3.      Menambah titik – titik air di atmosfer
4.      Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi
5.      Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
-          Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
-          Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan
6.      Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologi di dalam tanah.
7.      Mengendalikan limpasan permukaan yang dapat menyebabkan banjir dalam satuan DAS.
8.      Mengendalikan dan mencegah perluasan kebakaran hutan dan lahan.
9.      Mencegah dan mengendalikan erosi dan longsor di lahan dan sedimentasi di badan air.
Semua peran vegetasi tersebut bersifat dinamik yang kan berubah dari musim ke musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan yang telah mantap, perubahan peran hutan mungkin hanya nampak secara musiman, sesuai dengan pola sebaran hujannya.
Peran hutan terhadap pengendali daur air dimulai dari peran tajuk menyimpan air sebagai intesepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannyarendah dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water harvest maka para pemgelola Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional. Dengan demikian pemeliaraan hutan yang berupa penjarangan sangat penting dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
Peran yang menonjol ke dua yang juga sering menjadi sumber penyebab kekhawatiran masyarakat adalah evapontranspirasi. Beberapa faktor yang berperan terhadap besarnya evapotranspirasi antara lain adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan ketersediaan air di dalam tanah atau sering disebut kelengasan tanah. Lengas tanah berperan terhadap terjadinya evapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah, lapisan atau tebal tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air.
Peran ketiga adalah kemampuan mengendalikan tingginya lengas, tanah hutan. Tanah mempunyai kemampuan untuk menyimpan air (lengas tanah), karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara atau cairan atau bersifat porous. Bagia lengas atas yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami yaitu dengan osmosis, gravitasi atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengestrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya gravitasinya. Titik layu ini sama bagi semua tanaman pada tanah tertentu. Pada tingkat titik kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menetukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan.
Peran ke empat  adalah dalam pengendalian aliran (hasil air). Kebanyakan persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan dimensi ruang dan waktu. Akhir- akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan berlebihan air pada musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau. Keprcayaan ini didasarkan atas masih melekatnya dihati masyaraakt bukti-bukti bahwa banyak sumber-sumber air dari dalam kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau.
Dari gambaran diatas, nampak jelas bahwa peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan melalui kemampuannya sebagai regulator air memiliki nilai arti yang sangat penting dalam mendukung hajat hidup masyarakat disekitar hutan.
2.      Peran hutan sebagai penyerap karbon
Fungsi hutan sebagai penghasil oksigen tak dapat dipisahkan dengan fungsi hutan sebagai penyerap karbon. Dalam menjalankan kedua fungsi tersebut, proses interaksi antara hutan dan lingkungan yang terjadi sangat berkaitan proses fotosintesis dan siklus karbon. Hutan, yang merupakan kumpulan dari banyak pohon, menjalankan proses fotosintesis (yang merupakan salah satu bagian dari siklus karbon) yang menyerap karbondioksida di atmosfer dan kemudian disimpan dalam bentuk biomassa berupa daun, batang, akar, maupun buah, serta menghasilkan oksigen ke udara yang akan dipergunakan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan dalam melakukan respirasi
 Hutan berperan penting untuk mengurangi emisi dunia melalui kegiatan carbon sink. Hal ini bisa terjadi jika hutan yang ada dijaga kelestariannya dan melakukan penanaman (afforestasi) pada kawasan bukan hutan (degraded land). Serta melakukan perbaikan kawasan hutan yang rusak (degraded forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi). Hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu terbatas (stock). Karbon tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer ketika terjadi kegiatan penebangan hutan, kebakaran atau tindakan perusakan hutan lainnya. Dalam hal ini perlu adanya  sumber daya manusia yang handal, birokrasi yang transparan dan lenyapnya praktik-praktik KKN.
Siklus karbon di dalam biosfer meliputi dua bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan transfer karbon dari berbagai reservoir (Tabel 1). Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi sangat dinamik di alam (Vlek, 1997).
           Tabel 1. Karbon di dalam berbagai reservoir dari siklus global
Lokasi
Satuan C (ton x 1010)
Udara
CO2-atmosfer
70
Darat
Biomass
59

Bahan organik tanah
85

Produksi bersih/tahun
6.3

Pelepasan dari fosil
0.5
Laut
Biomass
0.3

C-organik terlarut
100

C-anorganik (HCO3)
3.500

Produksi bersih/tahun
45
Sedimen
C-anorganik (HCO3)
2.000.000

Batu bara dan minyak
1.000

Sejumlah besar kalsium karbonat dalam lebih dari 10 juta tahun yang lalu telah terlarut dan tercuci dari permukaan daratan. Sebaliknya, dalam jumlah yang sama telah terpresipitasi dari air laut ke dalam lantai dasar laut. Waktu tinggal (residence time) karbon di dalam atmosfer dalam pertukarannya dengan hidrosfer berkisar antara 5 – 10 tahun, sedangkan dalam pertukarannya dengan sel tanaman dan binatang sekitar 300 tahun. Hal ini berbeda dalam skala waktu dibandingkan dengan residence time untuk karbon terlarut (ribuan tahun) dan karbon dalam sedimen dan bahan bakar fosil (jutaan tahun).
Dari hasil inventarisasi gas-gas rumah kaca di Indonesia dengan menggunakan metoda IPCC 1996, diketahui bahwa pada tahun 1994 emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4 sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg. Adapun penyerapan CO2 oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg, dengan demikian untuk tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Hasil perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990, Indonesia masih sebagai net sink atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi. Berapapun kecilnya Indonesia sudah memberikan kontribusi bagi meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca secara global di atmosfer.
Banyak pihak yang beranggapan bahwa melakukan mitigasi secara permanen melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar fosil, teknologi bersih, dan penggunaan energi terbarukan, lebih penting daripada melalui carbon sink. Hal ini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu yang terbatas (stock). Ketika terjadi penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer.
Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga.
Pada kawasan hutan Pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun mempunyai potensi penyimpanan karbon sebesar 147,84 ton/ha dengan prosentase penyimpanan terbesar pada bagian batang (73,46%), kemudian cabang (16,14%), kulit (6,99%), daun (3,17%) dan bunga-buah (0,24%). Dari data diatas dapat diprediksi kemampuan hutan pinus dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik dalam biomas memiliki potensi penyimpanan mencapai 44% dari total biomasnya. Sehingga DTA Rahtawu dengan luasan 101,79 ha memiliki potensi penyimpanan karbon dalam tegakan sebesar 15.048,5 ton, penyimpanan karbon dalam seresah sebesar 510 ton dan dalam tumbuhan bawah sebesar 91 ton karbon.
3.      Peran hutan sebagai penyedia sumberdaya air
Air adalah sumber daya yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, baik untuk keperluan air minum, penyediaan pangan, maupun untuk mengelola usaha-usaha pertanian.  Kebutuhan sumber air meningkat, sementara ketersediaannya dirasakan semakin terbatas. Terkait fungsi hutan sebagai pengatur tata air, maka kebutuhan air akan terganggu apabila keberadaan hutan mengalami kerusakan. Gangguan kebutuhan air tersebut saat ini sudah mulai terasa, yaitu dengan terjadinya kerusakan fungsi hidro-orologis hutan oleh berbagai sebab, yang membuat cadangan air tanah untuk mendukung sistem irigasi semakin berkurang.
Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit andalan).
Dalam siklus air (hydrologycal cycle), hutan berperan dalam menerima dan menyimpan air (proses infiltrasi), menahan dan menguapkan sebelum mencapai permukaan tanah (intersepsi), maupun melepaskan air ke udara melalui penguapan dari permukaan tanah (evaporasi) maupun dari jaringan daun (transpirasi).
Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 – 67,55 liter/detik. Masyarakat desa Ngambarsari yang terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih rata-rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122 liter/orang/hari. Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 900 – 2.000 orang atau 19 – 42% dari jumlah penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang.
Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa sesungguhnya peran hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.

4.      Peran hutan sebagai penghasil oksigen
              Fungsi hutan yang paling penting adalah produksi oksigen. Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada kehidupan karena seluruh makhluk hidup di dunia ini, baik hewan, manusia, dan tumbuhan, membutuhkan oksigen dalam melangsungkan hidupnya. Hutan berperan sebagai penghasil oksigen sekaligus mengurangi kadar karbondioksida dan populasi udara di bumi. Hutan terdiri sekumpulan pepohonan yang menyerap karbondioksida untuk pembutan makanan. Istilahnya adalah fotosintesis. Hasil dari fotosintesis adalah oksigen. Inilah gas yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas. Oleh karena itu, pelestarian hutan sama pentingnya dengan memelihara kesehatan paru-paru.
Bagaimana tumbuhan/ pohon bila dikaitkan dengan produksi oksigen ? Hasil estimasi ilmiah menunjukkan bahwa  dalam sejam satu lembar daun memperoduksi oksigen sebanyak 5 ml. Dengan mengambil contoh pekarangan rumah anda dan sekitarnya yang ditanami pepohonan tadi dan bila rata-rata jumlah daun per pohon 200 lembar,  maka pohon-pohon di tempat tinggal anda dan sekitarnya akan menyumbang oksegen sebanyak 10 x 100 x 200 x 5 ml = 1.000 liter per jam. Angka ini setara dengan  jumlah kebutuhan  oksigen untuk pernapasan sebanyak 18 orang (kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas adalah 53 liter per jam). Pohon adalah salah satu penyumbang oksigen, akan tetapi hanya sebesar 20% untuk bumi. Pohon berguna untuk mitigasi (mengurangi) karbondioksida yang ada di bumi.
Jadi untuk mengurangi dampak pemanasan global, tanamlah pohon agar CO2 nya dapat dimanfaatkan oleh pohon. Karena nilai wajar dari CO2 adalah 0,1% di bumi ini, tetapi tahun 2010 ini kadar CO2 di atmosfer bumi sudah mencapai 0,3%.
Carbon , Oksigen dan Hidrogen merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman, berada dalam bentuk H2O (air), H2CO3 ( asam karbonat) dan CO2 (gas karbondioksida). Karbon adalah unsur penting sebagai pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Unsur Karbon ( C ), ini diserap tanaman dalam bentuk gas CO2 yang selanjutnya digunakan dalam proses yang sangat penting yaitu FOTOSINTESIS : CO2 + H2O-------->C6H12O6 tanpa gas CO2 proses tersebut akan terhambat sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman pun akan terhambat. Landegrardh (1924) menyatakan bahwa: *CO2 pada permukaan tanah sekitar 0.053 - 0.28%*Diatas daun 0.04 - 0.06 %*Satu meter di atas tanah + 0.07 % Sama halnya dengan karbon, ternyata Hydrogen (H) merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik dan unsur H ini diserap oleh tanaman dalam bentuk H2O. Esensi unsur ini bagi tanaman adalah pada proses fotosintesis ( CO2 + H2O ----> C6H12O6 ) di sini jelas terlihat bahwa, unsur H sama pentingnya dengan unsur C. Sedangkan Oksigen ( O ) juga terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangun bahan organik, diambil oleh tanaman dalam bentuk gas O2 esensi utama dari unsur. Oksigen ini berperan pada proses respirasi. Proses respirasi tanaman adalah proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis dan hasil akhir dari proses respirasi yaitu terbentuknya ATP yang merupakan sumber energi utama bagi tanaman untuk melakukan semua kegiatan seperti absorbsi, transpirasi, transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun fotosintesis. Oksigen digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina trifosfat (ATP) selama fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 2880 kJ•mol-1
5.      Peran hutan sebagai ekowisata
Hutan merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna yang tak bisa dibandingkan dengan wilayah daratan lain yang luasnya sama. Banyaknya keanekragaman hayati yang  terdapat dalam hutan memberi ciri dan keindahan tersendiri bagi para wisatawan. Dengan terjaganya hutan, ekosistem alam pun akan seimbang. Makhluk hidup yang berada disekitarnya akan hidup dengan kecukupan, sehingga siklus rantai makanan tidak akan terputus. Dari sisi ekonomi pun Indonesia akan mendapat keuntungan, dengan memiliki hutan yang indah tentunya ini akan menarik para wisatawan mancanegara. Dengan kondisi seperti ini tentunya akan menjadi sumber devisa negara yang cukup besar.
Sebagai salah satu contoh Keindahan sawah Desa Jatiluwih merupakan kombinasi keserasian alam dan kebudayaan Bali yang unik dan beranekaragam dituntun atau berpedoman pada falsafah Hindu. Untuk menjaga keberlanjutan pertanian di Jatiluwih, pembangunan pertanian selalu berdasarkan pada penerapan konsep “Tri Hita Karana”. Konsep ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Keindahan sawah di Desa Jatiluwih menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan manca negara, wisatawan domestik maupun wisatawan nusantara. Keunikan paduan alam, pertanian, dan budaya Bali yang kental, Jatiluwih masuk dalam nominasi warisan dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk menjadikan Desa Jatiluwih sebagai Pusaka Alam Dunia (World Natural Heritage). Diusulkannya Desa Jatiluwih menjadi salah satu nominasi warisan budaya dunia akan mengangkat nama Desa Jatiluwih menjadi terkenal di dunia internasional. Popularitas Desa Jatiluwih akan mengundang pendatang untuk berkunjung. Banyaknya pengunjung yang datang ke Desa Jatiluwih akan merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat desa. Manfaat tersebut tidak hanya Desa
Jatiluwih, namun desa disekitarnya juga ikut merasakan dampak dari banyaknya pengunjung yang datang ke Desa Jatiluwih yang nantinya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan. Segenap lapisan elemen masyarakat patut berbangga dan mendukung atas penghargaan ini agar tetap menjaga pelestaran pertanian sawah di Desa Jatiluwih. Bentuk nyata dari upaya tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian kawasan hutan pegunungan Batukaru agar fungsi hidrologis sebagai regulasi air tetap berfungsi dengan baik. Upaya tersebut perlu dilakukan karena dengan ikut menjaga kelestarian kawasan hutan Batukaru berarti ikut mendukung Desa Jatiluwih sebagai Lumbung Pangan, Desa Wisata, sekaligus sebagai Warisan Kekayaan Budaya Dunia.
6.      Peran hutan sebagai pengatur iklim global
Proses fotosintesis yang dijalankan oleh pohon-pohon dalam hutan tersebut sangat berguna dalam mengurangi dampak perubahan iklim global (global climate change mitigation) karena dapat mengurangi jumlah karbon di udara sebagai gas rumah kaca.
Fungsi hutan yang lain dan sangat vital adalah pengatur iklim mikro maupun makro. Kerusakan hutan yang terjadi selama ini diyakini telah menyebabkan perubahan iklim secara global. Pengaruh perubahan iklim tersebut sangat terasa dari setiap sisi kehidupan, bahkan perubahan iklim yang terasa sejak tahun 2010 dan 2011 sudah mengganggu musim tanam bagi petani di Indonesia. Anomali cuaca berupa curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim sepanjang tahun 2010 membuat banyak tanaman padi mengalami kerusakan, dan gagal panen.
Secara alami karbon dioksida di udara (atmosfer) dapat diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Karbon dioksida yang telah diserap kemudian diubah menjadi bahan organik (pati) yang disimpan dalam batang, cabang, daun, akar, bunga dan buah. Semakin besar ukuran tumbuhan/pohon, maka semakin tinggi kemampuannya dalam menyerap gas karbon dioksida dari atmosfer. Sebagai contoh, pohon yang memiliki diameter batang 17,4 cm mampu menyerap CO2 sebanyak 289 Kg (0,289 ton), tetapi untuk pohon berdiameter 103 cm mampu menyerap CO2 sebanyak 27289 kg (27,28 ton). Pohon-pohon berdiameter besar banyak kita temukan di hutan tropis. Indonesia salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang luas. Dalam satu hektar hutan tropis di Indonesia dapat menyerap karbon dioksida dari udara lebih dari 928 ton CO2 bahkan ada yang mencapai 2 Mega ton. Jadi, kehilangan satu hektar hutan tropis Indonesia akan membiarkan 2 Mega ton CO2 tetap tinggal di atmosfer. Akibatnya, perubahan iklim akan terus terjadi dan bahkan akan terjadi lebih hebat dari yang kita rasakan saat ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hutan tropis memiliki peranan besar dalam mencegah terjadinya perubahan iklim yang lebih parah di masa depan. Hutan tropis menjadi pengatur keseimbangan siklus karbon global.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·      Hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
·      Jasa lingkungan adalah penyediaan, pengaturan, penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan manusia yang bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan.
·      hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya baik sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.

B.     Saran
 Sungguh luar biasa ciptaan Allah di dunia ini, banyak sekali memberikan manfaat bagi manusia. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Jika kita bisa bersahabat dengan alam maka alam juga akan bersahabat dengan kita, dan begitu pula sebaliknya jika kita merusak dan seenaknya saja mengeksploitasi alam maka dampak negatifnya akan berbalik ke diri kita sendiri.
Selain itu dalam pengelolaan hutan, sudah saatnya didorong untuk mempertimbangkan manfaat, fungsi dan untung-rugi apabila akan dilakukan kegiatan eksploitasi hutan. Berapa banyak nilai dari fungsi yang hilang akibat kegiatan penebangan hutan pada kawasan-kawasan yang memiiki nilai strategis seperti pada kawasan utan daerah hulu DAS, sehingga pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan perncanaan dan pengelolaan hutan di Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

Dodi, Supriadi.1998. Potensi Peran Akunting Sumberdaya Hutan Dalam Perumusan    Kebijaksanaan dan Strategi Manajemen Hutan: Jakarta
Kurniawan, Soraya.2008. Fungsi Hutan. http://files. Word press.com/pdf. Diakses pada tanggal 02 Mei 2013 pukul 12.30 Wita.
Pujiyanto, Sri. 2006. Peran Hutan Bagi Lingkungan. Jakarta :  Platinum.
Suryatmojo. 2004. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan Melalui Penyimpanan Karbon dan Penyediaan Sumberdaya Air. Hasil Penelitian :Yogyakarta.
          Widjaja, H. 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasa Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor  : Bogor