Jumat, 10 Januari 2014

Getah Pinus



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 Hutan biasa disebut suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan. Hutan merupakan sumber daya alam yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Manusia melakukan interaksi dengan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hutan memiliki berbagai aspek manfaat bagi kehidupan manusia baik manfaat langsung yang dirasakan maupun yang tidak langsung.
Hutan menghasilkan tanaman yang bermanfaat bagi manusia, contohnya yaitu tanaman pinus. Pinus mekusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P. merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Di Pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
 Tanaman pinus ini memiliki peranan yang penting, sebab selain sebagai tanaman pioner, bagian kulit pinus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium, ekstrak daun pinus mempunyai potensi sebagai bioherbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma pada tanaman. Selain itu, keistimewaan dari pohon pinus yaitu menghasilkan getah yang diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah yang dihasilkan oleh pinus yaitu gondorukem dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, bahan plitur, dan sebagainya, sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat.
Semakin pesatnya perkembangan menimbulkan semakin meningkatnya kebutuhan manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri sangat cerah, sehingga peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari. Namun produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri getah yang dihasilkan pohon pinus?
2.      Jelaskan bagaimana mekanisme pembentukan getah pada pohon pinus?
3.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi dalam produksi getah pinus?
4.      Apakah manfaat dari pengolahan hasil getah pinus?
5.      Jelaskan macam-macam sistem penyedapan getah pinus ?
6.      Bagaimanakah proses pengolahan getah pinus?
7.      Hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus khusunya di Indonesia?
C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang ciri getah yang dihasilkan oleh pohon pinus, memahami mekanisme pembentukan getah pada pohon pinus, mampu menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam produksi getah pinus, mengetahui manfaat pengolahan hasil getah pinus, mampu menjelaskan macam-macam sistem penyedapan getah pinus, dan mengetahui proses pengolahan getah pinus serta mengetahui cara untuk meningkatkan produksi getah pinus khusunya di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ciri Getah Yang Dihasilkan pohon pinus
Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul kulit atau terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota famili Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae.
Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdii dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alcohol, bensin, ether, dan sejumlah pelarut organic lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Selain itu dari hasil penyulingan getah Pinus merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem, 22,5% terpentin, dan 12,5% kotoran.
Saluran getah resin bukan merupakan bagian dari kayu, tetapi berupa rongga yang dikelilingi oleh sel-sel parenkimatis atau sel epitel. Seluruh lapisan yang mengelilingi saluran resin disebut epitellium.
B.  Mekanisme Pembentukan Getah Pada Pohon Pinus
Prinsip keluarnya getah dari luka adalah saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim diantara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan dinding berkurang akibatnya getah keluar.
Adapun beberapa cara dalam pembentukan saluran getah, diantaranya yaitu :
a.    Lysegeneous
Yaitu beberapa sel parenkim yang berdekatan hancur sehingga isinya tercampur, maka terbentuk rongga yang kemudian terisi cairan. Rongga ini dibtasi oleh sel-sel yang tidak hancur, dimana sel-sel yang tidak hancur ini dapat menjadi sel epitel. Proses semacam ini disebut gummosis.
b.   Schizogeneous
Yaitu beberapa sel parenkim memisahkan diri melalui lamella tengah sehingga terjadi suatu saluran yang dikelilingi oleh belahan sel-sel parenkim yang menjadi sel epitel.
C.  Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Dalam Produksi Getah Pinus
Hasil sadapan yang diperoleh dipengaruhi oleh :
1) Faktor internal pohon :
*   Jenis pohon Pinus yaitu pinus yang berbeda hasil getahnya misalnya :
Jenis Pinus                                     Hasil getah                   letak            persen
Pinus merkusii                   6kg/phn/thn                    gubal            36,3 %
Pinus palustris                    4,2 kg/phn/thn                pangkal         0,64 %
Pinus maritim                    3 kg/phn/thn                  10 m dpl        0,33 %
Pinus khasya                       7 kg/phn/thn                    akar             0,70%
*   Persen kayu gubal,yaitu batang kayu Pinus dengan jumlah kayu gubal terbanyak dapat menghasilkan getah maksimum sebab kayu gubal adalah tempat akumulasi getah tertinggi (36 %).
*   Kesehatan pohon,yaitu jika pohon sehat mungkin menghasilkan getah lebih banyak.
*   System perakaran,yaitu Pinus dengan perakaran yang luas berarti mampun menyerap lebih banyak zat makanan dari tanah,sehingga getah lebih banyak.
*   Persen tajuk (lebar dan tinggi tajuk pohon) yaitu Pinus dengan tajuk lebih banyak memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal dan menghasilkan banyak getah.
2) Faktor Eksternal (Lingkungan luar pohon), yaitu :
*   Jarak tanam yaitu hutan pinus dengan jarak tanam yang jarang iklim mikronya tidak lembab dan bersuhu tinggi sehingga menghasilkan getah pinus lebih banyak,demikian sebaliknya.
*   Iklim dan tempat tumbuh yaitu pohon pinus yang tumbuh didaerah dengan curah hujan tinggi,dingin atau di daerah dengan tinggi > 700 m dpl menghasilkan getah sedikit.curah hujan rata-rata < 2000mm/th,suhu antara 22-28’ C dan tinggi tempat 400-700m dari permukaan laut menghasilkan getah optimal.
*   Bonita yaitu pada tanah yang subur memungkinkan menghasilkan getah  pinus yang lebih banyak ( ada 7 kelas bonita)
*   Asal (umur pohon) getah yang diperoleh makin tua makin banyak dan bagus
*   Kualitas getah yang tersedia
3) Faktor perlakuan oleh manusia
*   Bentuk sadapan yaitu hasil sadapan dari bentuk koakan lebih banyak dari rill dan bor
*   Arah sadapan yaitu arah menghadapnya luka sadapan menghadap timur paling banyak menghasilkan getah kemudian disusul arah utara,selatan dan barat.
*   Arah pembaruan, yaitu kea rah atas atau bawah.pembaruan ke atas menghasilkan lebih banyak getah.
*   Lama menuggu terasuk penyimpanan, makin lama disimpan makintidak baik
*   Penyimpanan dalam proses pencampuran dengan bahan penolong , bila tepat maka optimal rendemen dan kualitas.
*    Upaya stimulansia, yaitu upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan kimia asam.upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak merugikan.bahan stimulansia yang dapat dipakai misalnya asam sulfat,asam oksalat,CuSO4,bolus alba,Ethrel dengan jumlah tertentu yang ditentukan.

D.  Manfaat Hasil Pengolahan Getah Pinus
1.    Gondorukem
Rosin atau yang lebih dikenal dalam perdagangannya sebagai gondorukem merupakan produk olahan dari pinus yang saat ini merupakan komoditi andalan non migas yang bukan berasal dari non kayu atau rotan. Pengolahan gondorukem di Indonesia hanya dilakukan dengan cara penyulingan getah pohon tusam ( Pinus merkusii ), tetapi juga ada yang langsung dengan uap. Gondorukem didapat dari hasil pengolahan getah pinus, bersifat rapuh,bening,mempunyai titik leleh rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air. Manfaat gondorukem adalah :
*   Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam.kebutuhn kira-kira 2.500 ton/thn
*     Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 % dari produksi kertas atau 2.000 ton/thn
*      Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.
*        Pembuatan Vernish, tinta,bahan isolasi listrik, korek api, lem, industry kulit dan lalin-lain.
*       Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin sintetis, plastic, lem, aspal, bahan pliitur, lak sintetis, industry sepatu, galangan kapal, dll.
2.    Terpentin
Terpentin adalah minyak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Oleh karena sifatnya yang khusus maka minyak terpentin banyak digunakan baik sebagai bahan pelarut ataupun sebagai minyak mengering. Terpentin merupakan bagian hidrokarbon yang mudah menguap dari getah pinus. Hidrokarbon ini dipisahkan dari bagian yang tidak menguap (gondorukem) melalui cara penyulingan. Berdasarkan sumber bahan bakunya ada 3 jenis terpentin, yaitu terpentin getah (gum turpentin), terpentin kayu (wood turpentin), terpentin sulfat (sulphat turpentin).
Silitonga et al, 1973 menyatakan jumlah terpentin yang terkandung dalam getah pinus berkisar antara 10 – 17,5 %. Getah yang segar akan menghasilkan prsentase terpentin yang lebih tinggi. Terpentin hasil penyulingan bersifat korosi, oleh sebab itu perlu disimpan pada tempat (drum) yang digalvanisasi. Harga drum ini cukup mahal jika dibandingkan dengan harga terpentin itu sendiri. Terpentin juga dapat disimpan dalam tempat yang terbuat dari aluminium atau plastik dan hendaknya agar terhindar dari cahaya. Minyak terpentin dapat digunakan untuk ramuan semir (sepatu, logam, kayu), sebagi bahan substitusi kamper dalam pembuatan seluloid (film), bahan pelarut organik.
Hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10 H163  terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, yang dapat digukana secara langsung dan murni melalui upaya distilasi ulang serta melalui pengolahan lanjutan. Terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu, bahan kamfer sintetis bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.
E.  Macam-Macam Sistem Penyedapan Getah
Kegiatan pemanenan getah pinus yang dilakukan yaitu dengan cara penyadapan. Beberapa cara teknik penyadapan :
*   Bentuk koakan
Teknik ini dilakukan denagn cara mengerok kulot batang lebih dulu, kemudian kayunya dilukai sedalam 1-2 cm, sedang lebarnya 10 cm. Pelukaan dengan cara ini membentuk huruf U terbalik dengan jarak dari permukaan tanah sekitar 15-20 cm. Pelukaan yang baru diatas luka lama dengan tebal jarak 5 mm.
*   Bentuk V
Teknik ini hampir sama dengan teknik diatas tetapi berbentuk huruf V. dapat juga dimodifikasi menjadi V ganda atau seri arah ke atas  (rill) yang bentuknya seperti sirip ikan.
*   Goresan atau guratana
Cara ini pada penyadapan pinus jarang dilakukan, umumnya dilakukan pada agathis (kopal). Hal ini mengingat kulit pinus yang tebal. Goresan dilakukan dengan kemiringan 45° atau melingkar.
*   Dengan bor 
*   Dengan syarat diameter 3 cm, 3-12 cm ke atas atau ke dalam.
Dari keempat teknik tersebut yang paling efektif atau paling banyak menghasilkan getah pinus adalah dengan menggunakan metode koakan, kemuidian teknik bentuk V dan teknik bor.
Ada dua macam sistem penyadapan getah pinus yang diterapkan di Perum Perhutani yakni sistem Rill dan sistem Kuare. Sistem ini lebih cocok bila diterapkan di areal hutan lindung sebab tidak banyak merusak pohon pinus sehingga kelestarian pohon pinus bisa terjaga. Sedangkan kelemahannya adalah getah yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem kuare.
1. Penyadapan Metode Riil Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah sebagai berikut :
*   Alat – alat yang digunakan
Alat – alat yang dipergunakan terdiri dari : Pembersih kulit (bark shaver), Mal sadap (blaze frame), Alat pemberi tanda sadapan (marking gauge), alat pembuat saluran tengah (groove cutter), pisau sadap (freshening knife), talang sadap (lips), Mangkuk penampung getah (pats), pengeruk getah, dan bor serta alat penunjang lainnya seperti palu, paku, alat semprot (sprayer) dan ember plastic.
*   Persiapan penyadapan
Ø Pembersihan lapangan sadapanSebelum melakukan penyadapan, lapangan / areal sadapan harus dibersihkan dari perdu dan semak, agar memudahkan para pekerja dan petugas untuk mengadakan pengawasan. Penomoran pohon ditentukan pada ketinggian 200 cm.
Ø Pembersihan kulitPohon yang akan disadap harus dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan alat pembersih kulit (bark shaver) tanpa melukai kayu. Permukaan kulit yang dibersihkan berukuran 30 x 70 cm pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dan harus benar – benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit.
Ø Pembuatan pola sadap, Pola sadap dibuat dengan menggunakan mal sadap (blaze frame) pada kulit yang sudah dibersihkan. Selajutnya memberikan tanda sadap dengan alat pemberi tanda sadap (marking gauge). Pola sadap dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadapan harus dibuat. Sudut antara garis vertical dan garis miring sebesar 40°.c.
*   Pelaksanaan Penyadapan
Ø Pembuatan saluran tengah (central grove),
Dalam tahun pertama sadapan, pembuatan saluran tengah dimulai dari bawah menuju keatas. Sedangkan untuk tahun berikutnya pembuatan dimulai dari atas dan ditarik kebawah. Saluran tengah dibuat dengan menggunakan Groove cutter pada bagian tengah pola sadapan. Lebar saluran tengah 10 mm, kedalaman 3 mm dan tinggi 60 cm.
Ø Pembuatan saluran sadap , Saluran sadap dibuat menggunakan pisau sadap (freshening knife) dimulai dari ujung terbawah saluran tengah mengikuti tanda saluran sadap yang telah dibuat. Kedalaman saluran sadap ± 2 mm dan jarak antar saluran 5 cm.
Ø Pemasangan talang sadap, Talang sadap dipasang pada pohon dengan paku, kemudian ditekuk keatas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk kedalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.
Ø   Pemasangan batok penampung, Dibawah talang sadap dipakukan dua buah pasak dari bambu atau kayu untuk dudukan batok penampung getah. Secara berkala batok penampung getah ini harus dinaikkan letaknya supaya tidak terlalu jauh dengan luka sadap yang baru.
Ø     Perlakuan saluran sadap dengan stimulansia
Untuk meningkatkan produksi getah pinus maka setelah saluran sadap dibuat, stimulansia harus disemprotkan pada saluran sadap. Untuk mendapatkan semprotan yang baik, botol plastik harus dipegang dengan sudut 45° terhadap pohon dan jarak antara ujung penyemprot dengan pohon / saluran sadap ± 15 cm. Dan penyemprotan stimulansia pada setiap luka sadap baru sebanyak ± 1 cc.
Ø Peludangan getah dan pembersihan dari saluran getah, Mangkok/tempurung diambil dan getah dituangkan dalam ember plastik. Getah yang masih melekat pada mangkok atau tempurung harus dibersihkan dengan bantuan pengeruk getah (pat scraper). Pada setiap perludangan getah, saluran tengah harus dibersihkan dengan pembersihan saluran tengah (groove cleaner), untuk mencegah penumpukan getah pada saluran.
Ø    Frekuensi pembaharuan sadapan, Pembaharuan sadapan dilaksanakan 6 hari sekali.
*   Pelaksanaan Penyadapan Tahun berikutnya
Untuk penyadapan sadapan tahun berikutnya dimulai dari ujung atas saluran tengah tahun sebelumnya dan semua langkah yang yang dikerjakan pada tahun sebelumnya diulangi lagi, dengan mal sadap 20 x 65 cm. Apabila sadapan telah mencapai pada ketinggian 180 cm, maka sadapan selanjutnya harus dialihkan mulai dari bawah lagi dengan jarak 5 cm (dari bidang sadap) disamping sadapan pertama dan seterusnya.
2. Penyadapan Pinus Metode Kuare
 Kegiatan penyadapan getah pinus dengan sistem rill adalah sebagai berikut
*   Alat – alat yang digunakan
Alat – alat yang digunakan adalah : petel sadap/kadukul, keruk setal, parang, talang seng, tempurung, kaleng/drum pengutan getah, batu pengasah, minyak tanah, penutup tempurung, paku.
*   Persiapan Penyadapan
Ø Pembersihan Lapangan sadapan, Sebelum dilakukan penyadapan lapangan / areal sadapan harus dibersihkan dari perdu dan semak-semak, agar sinar matahari dapat langsung menyinari pohon pinus dan memudahkan para pekerja dan petugas untuk melaksanakan pengawasan.
*   Pembersihan Kulit Pohon Pinus
Ø Pada bagian batang yang akan di sadap kulitnya harus dibersihkan / dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm dan tinggi 60 cm.
*   Pembuatan Rencana Kuare / Mal Sadap
Ø Bagan kuare (mal sadap) dibuat tepat di tengah-tengah pohon dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm dan kedalaman 1,5 cm dengan alat berbentuk garpu melengkung dengan dua dua sisi tajam dengan  permukaan permulaan setinggi 20 cm dari tanah, kemudian baru disemprot CAS.
*   Pemasangan talang dan tempurung.
Ø Talang dipasang menempel pada bagian batas bawah kuare dengan menggunakan paku dan kayu sebagai talamgnya
*   Sadapan lanjutan
Ø Sadapan lanjutan harus dilakukan tepat waktu denganketentuan yaitu : 3 hari sekali bila tidak menggunakan CAS dan 5 hari sekali bila menggunakan CAS.
F.   Proses Pengolahan Getah Pinus
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku  industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :
1)      Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di PGT berupa :  cairan kental yang bercampur dengan kristal,air,serpihan kayu, daun pinus,kembang pinus,dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll).
Getah pinus yang telah diterima di PGT Kemudian dilakukan pengujian berupa berat, kadar air dan kotoran. Setelah lulus tes tersebut, getah pinus kemudian masuk dan ditumpahkan ke Bak Getah. Jaring-jaring yang terdapat dipermukaan Bak Getah diatas berfungsi sebagai penyaring awal kotoran terutama kotoran –kotoran yang berukuran besar yang terdapat pada getah pinus.
2)   Pengenceran
Getah yang telah masuk di Bak Getah kemudian dialirkan ke Melter. Pada bagian ini, getah pinus diencerkan dengan mencampur getah pinus dengan terpentin sebanyak 1000 liter dan dipanaskan dengan suhu 180 oc. Getah pinus yang telah cair kemudian dialirkan menuju Settler yang berfungsi untuk menampung getah pinus yang telah encer hasil pemrosesan getah pinus yang terjadi di Melter.
3)  Pencucian & Penyaringan
Kegiatan selanjutnya adalah pencucian getah pinus yang dilakukan di Tangki Pencuci (Washer). Di tangki pencuci ini getah pinus dicuci untuk memisahkan getah pinus dengan kotoran yang berukuran kecil yang masih terdapat pada getah pinus. Setelah kegiatan pencucian selesai, kemudian getah pinus ditampung kedalam tangki-tangki penampung.
4)  Pemanasan/pemasakan
Dari tangki penampung, getah dialirkan ke tangki pemasak untuk dimasak selama 24 jam untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Terpentin terbentuk dari hasil penguapan yang terjadi selama proses memasak getah pinus. Uap yang dihasilkan tersebut dialirkan ke tangki pendingin (Condensor) dan berubah menjadi cairan yang kemudian dipisahkan antara cairan terpentin dan air yang dilakukan di tangki Separator. Setelah itu, terpentin yang telah terpisah dari air ditampung kedalam tangki-tangki persediaan terpentin.
*   Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :
Ø Pemanasan harus bertahap
Ø Tekanan vakum
Ø Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak terlalu besar)
Ø Suhu pemanasan
Ø  Suhu peludangan (canning)
5)  Pengujian & Pengemasan
Untuk proses Gondorukem sendiri langsung dialirkan kedalam kemasan-kemasan khusus gondorukem yang telah disiapkan sambil dilakukan pengujian untuk menentukan mutu gondorukem yang dihasilkan.
*   Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :
Ø Pemurnian getah dari kotoran-kotaran
Ø  Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
*   Proses pemurnian getah :
Ø pengenceran getah dengan terpentin
Ø  pengambilan/penyaringan kotoran kasar
Ø   pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
*   Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya:
Ø dilakukan dengan pemanasan langsung
Ø  dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap).
G. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Untuk Meningkatkan Dan Melancarkan Produksi Getah Pinus Khusunya Di Indonesia
Permintaan getah pinus di Indonesia maupun di dunia semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus di Indonesia. Meningkatkan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan cara pemberian stimulansia. Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam sulfat yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu kesehatan getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika terkena mata.
Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta tidak merusak pohon dan lingkungan. getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika terkena mata.
Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta tidak merusak pohon dan lingkungan.
Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap tidak sepenuhnya bekerja pada penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah pinus tidak tergarap dengan maksimal.
Akan tetapi, pada saat ini pihak Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar antara dua sampai lima hektar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada penyadap berdasarkan kemampuan masing-masing penyadap.






BAB III
PENUTUP
*   Kesimpulan
*   Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah
*   Pembentukan saluran getah terdiri dari dua cara yaitu lysegenius dan Schizogeneous
*   Faktor dalam memproduksi getah pinus yaitu faktor internal pohon, faktor eksternal pohon dan faktor perlakuan manusia.
*   Manfaat hasil pengolahan getah pinus, gondorekum bermanfaat untuk indusrtri batik, kertas dan sabun sedangkan untuk terpentin digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, pelarut resin, bahan semir sepatu, bahan kamfer sintetis bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya
*   Sistem penyadapan getah pinus terdiri dari metode Rill dan metode kuare.
*   Peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan stimulansia dan perlu adanya peningkatan tenaga kerja penyadap.
*   Saran
pohon pinus menghsasilkan getah yang memiliki manfaat yang cukup penting bagi kehidupan manusia maka dari itu hutan khususnya pohon pinus patut untuk dijaga, dilindungi serta pelestarian ekosistemnya.




DAFTAR PUSTAKA

Ardinsya,Herman.2012.GetahPinus.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11827/E08yaa.pdf. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 20.13 WITA.

Adhisuryaperdana.2011.PengenalanHutan.http://adhisuryaperdana.wordpress.com/pengenalan-hutan.Diakses pada tanggal 21 september 2013 pukul 12.24 WITA.
Bagaskara.2013.PenyadapanGetahPinus.http://bagaskara90.wordpree.com/2011/10/07/penyadapan-getah-pinus. Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 11.29 WITA.
Prawira.2013.Gonderukem.http://prawira.wordpress.com/gondorukem. Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 23.12 WITA
Saputri, Ririn.2011.BotaniPinu smerkusii. http://komunitas-kompak.blogspot.com/2011
         Botani-pinus-merkusi.html.Diakses pada tanggal 22 september 2012 pukul 22.30      WITA.
Triningsih.2012.Produk Getah-getahan.http;//trubusan.blogspot.com/2010/01/produk-
       Getah-getahan.html. Diakses pada tanggal 22 september 2013 pukul 21.00 WITA



                                                      





2 komentar: