Senin, 28 Agustus 2017

PRIORITASKAN KESEHATAN









Apa kalian kenal dengan buah ini?
Ini adalah salah satu buah yang biasa dibuat sayur bening. Selain kegunaanya dibikin sayur juga sangat mujarab untuk dijadikan obat tipes. Buah ini dalam bahasa bugis disebut sudeng, nama lokalnya kundur atau beligo sebutan ilmiahnya Benincasa hispida. Tanaman beligo tumbuh merambat biasa tumbuh di daerah yang kondisi tanahnya tidak lembab. Bentuk buah ada yang bulat dan ada yang memanjang dan panjangnya bisa mencapai dua meter. Buah beligo mengandung 97% air dan sedikit garam galian serta vitamin, kanji, alkaloid jenis cucurbitine, resin asid, protein jenis myosin dan vitelin serta gula.
Beberapa minggu yang lalu saya mengalami penyakit tipes. Mungkin diantara kalian tak asing lagi dengan penyakit ini. Penyakit tipes hampir pernah dialami setiap manusia mulai dari anak kecil, remaja hingga orang dewasa. Tipes merupakan penyakit yang cukup berbahaya sehingga perlu penanganan lebih cepat oleh tim medis untuk mengurangi resiko yang fatal. Sedikit berbicara bagaimana penyakit ini bisa terjangkit ke manusia karena kondisi tubuh yang tidak fit, kelelahan yang berlebihan dan kurang istirahat serta makanan yang dikonsumsi yang tidak steril sehingga memicu masuknya bakteri kedalam tubuh. Faktor-faktor inilah menjadikan tubuh bisa menjadi drop, suhu tubuh melebihi diatas normal disertai gejala menggigil setiap saat dan  biasanya disertai mual-mual hingga muntah.
Pada saat mengalami tipes, selain berobat medis, saya juga berobat tradisional dengan mengkonsumsi buah beligo. Adapun cara mengkonsumsinya; Buah beligo yang masih segar dikupas, dicuci dengan air mengalir, selanjutnya diparut, hasil parutan diperas sebanyak ½ cangkir teh. Hasil perasan air beligo ini diminum sebanyak 3x sehari. Jika meminum obat dari resep dokter, air beligo bisa dimunim ±1 jam setelah meminum obat resep dokter [Pengalaman pribadi].
Beberapa dari kalian mungkin penasaran seperti apa rasanya minum obat tradisional dari buah beligo ini? Supaya kalian tidak penasaran dan tidak ragu untuk mencoba meminumnya, saya hanya bisa menjelaskan apa yang saya alami, jika bertanya mengenai rasa, kurang lebih rasanya seperti mentimun, setelah meminumnya berasa dingin dimulut dan ketika masuk ketenggorokan terasa segar. Selain diminum, parutan beligo bisa dioleskan keseluruh tubuh guna mempercepat menurunkan panas. 


[Selamat mencoba….mari saling berbagi antar sesama, Prioritaskan KESEHATAN!!]

Jumat, 15 Agustus 2014

RESENSI NOVEL Totto-chan




             RESENSI NOVEL INDONESIA
”TOTTO-CHAN, GADIS CILIK DI JENDELA


   

I.                  Identitas Buku

Judul asli                    :  Totto-chan, The Little Girl At  The Window
Judul terjemahan        :  Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis asli                 :  Tetsuko Kuroyanagi
Alih bahasa                :  Widya Kirana
Penerbit                     :  PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman                    :  272 halaman
Cetakan                     :  Ke-3, September 2003
ISBN                         :  979-22-0234
 
II.               Pratinjau

Penuh humoris!!!
Itulah kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko kuroyanagi”. Sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.

Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang penulis juga menjelaskan teman-temanya  di masa kanak-kanak  yang masih lekat dalam ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.

Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah kembali  ke masa kanak-kanaknya dan  becerita kepada para pembaca dengan begitu lancarnya.

Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah  dasar kelas 1  bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila saat itu sang ibu malah  menyahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen! Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu semangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?



III.           ISI

Unsur Intrinsik

Tema:
-         Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu  Pendidikan.

Alur:
-         Maju mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas  Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa- basi.”Purti anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan ke sekolah lain.”(GCJ.12))
  
Penokohan/perwatakan:
·        Totto-chan
-         Periang (Katanya, “ sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa ditarik, tapi meja di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti peti, dan kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!”(GCJ. 13))
-         Sopan ( sambil membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh semangat, “ Bapak ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?”GCJ.24)
-         Polos ( Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. (GCJ.27))
-         Cerdik ( Lagu pula Mama  dan guru wali kelasnya  yang dulu  pasti heran kalau tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan  bahan obrolan untuk diceritakan  selama empat jam penuh tanpa henti. (GCJ.27))
-         Perhatian ( Hari itu Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah  menggigit kulit  kayunya sedikit. Tak satu anak  pun merasa kulit kayu itu pahit, artinya mereka semua sehat.Totto-chan senang sekali.(GCJ.210))
-         Lucu ( Dengan riang  Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali lubang  di bawah pagar kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek.(GCJ.114))
-         Ceriwis ( Setiap malam Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di sekolah. Ia takkan berhenti bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya tidur.”(GCJ.145))
·        Mama
-         Penyayang ( Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah dan Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan untuk tidak memberi tahu  Totto-chan sampai  dia dewasa kelak.(GCJ.18))
-         Sabar ( Mama punya sifat yang sangat sabar dan suka bercanda.(GCJ.22))
-         Pengertian ( Mama tidak pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus melakukan ini atau itu, tapi kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama selalu setuju.(GCJ.175))
·        Papa
-         Berpendirian kuat ( Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara padanya. Papa mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau menyerah, demi musik dan biolanya.(GCJ.233))

·        Kepala sekolah
-         Perhatian ( Kepala sekolah masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya, untuk memastikan mereka membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” dan membawa dua panci, siap menambahkan makanan dari laut atau dari daratan yang tidak mereka bawa.(GCJ.121))
-         Percaya diri ( Kepala sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah ompong.(GCJ.124))

·        Takahashi
-         Sopan ( anak itu melepas topinya, membungkuk  menghormat, dan malu-malu, “ senang berkenalan dengan kalian.”(GCJ.115))

·        Tai-chan
-         Cerdas ( Anak itu cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan dialah yang mengajari  Totto-chan mengucapkan kata Inggris untuk rubah.(GCJ.190))

·        Miyo-chan
-         Suka memuji ( Miyo-chan dan teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh! Kepang!” Totto-chan senang sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba rambutnya.(GCJ.157))

·        Sakko-chan
-         Disiplin ( Anak itu mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya lalu meletakkan kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan meletakkan tasnya di rak barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu.(GCJ.35))
·        Yasuaki-chan
-         Percaya diri ( “Aku kena polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.”Dia mengulurkan tanganya, jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti lengket satu sama lain.(GCJ.39))

·        Oe
-          Nakal ( Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil berkata, “aku capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh terduduk.(GCJ.157))

·        Ryo-chan
-         Pekerja keras ( Ryo-chan, tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan bisa melakukan pekerjaan apa saja,rupanya sudah bekerja sangat keras.(GCJ.163))
                      Latat /setting:
·        Tempat
-         Stasiun kereta ( Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Totto-chan melewati pintu pemeriksaan karcis.(GCJ. 9))
-         Dalam kelas ( Belajar di sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan menyenangkan. Satu-satunya yang berbeda adalah papan tulis di bagian depan gerbong dan tempak duduk menyamping yang telah diganti dengan mej kursi sekolah yang semua menghadap ke depan.(GCJ.34))
-         Aula sekolah ( Setelah menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan “Itadakimasu” dan mulai menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan”. Selama beberapa waktu Aula menjadi sunyi.(GCJ.47))
-         Kolam renang ( sangat berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya ia berenang di kolam renang.tanpa mengenakan apa-apa.(GCJ.70))
-         Gedung latihan ( Totto-chan menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan sudah agak bobrok. Angin yang bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan musik sampai jauh keluar dari gedung latihan.(GCJ.92))
-         Di kamar ( Totto-chan mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di rumah, setelah ia pulang sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di kamarnya sebelum makan malam.(GCJ.127))
-         Di perpustakaan ( Seluruh murid Tomoe lima puluh anak masuk ke perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka memilih buku yang mereka sukai lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah dari mereka hanya bisa memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri.(GCJ.164))       
·        Suasana
-         Hening ( Semua gerbong kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama untuk semua kelas sudah dimulai.(GCJ.22))
-         Menyenangkan ( Sambil berseru-seru  riang “ kita berkemah! Kita berkemah!” anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan sederhana ini tidur di dalam tenda  di Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan bagi para murid.(GCJ.77)
-         Mengharukan ( Begitu sampai lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil terisak-isak , “Belum pernah aku sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku. Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam, ya, Ma! Pa?”(GCJ.109))
-         Mengherankan ( Batu penanda itu masih ada di situ, persis seperti ketika ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali  di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius  yang tak mungkin  dilupakanya.(GCJ.145))
-         Menyedihkan ( Kemudian dia mengeluarkan tangan dari saku dan memandang anak-anak. Kelihatanya dia baru saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya pelan.” Kita semua akan menghadiri pemakamanya hari ini.(GCJ.223))
-         Menegangkan ( banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak mungkin dipadamkan, meratakanya dengan tanah.(GCJ.247))

     
·        Waktu
-         Pagi hari ( Tadi pagi ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru ketahuan bahwa ternyata semua gaun buatan  Mama robek, jadi dia harus mengenakan rok yang di belikan Mama.(GCJ.26))
-         Siang hari ( Setelah makan siang, Totto-chan bermain  di halaman sekolah bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas  tempat guru mereka sudah menunggu.(GCJ.48))
-         Sore hari ( Sore itu murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran.(GCJ.67))
-         Malam hari ( Malam itu, sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam lubang gelap.(GCJ.60))
      
·        Sudut pandang:
-         Sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal seperti itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil Mama atau Papa.(GCJ.188))

·        Amanat:
-         Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila saat itu  sang Ibu malah menyalakan  Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen.
-         Rutinitas yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat motivasi kita untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi  dari Tomoe Gakuen mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar memaparkan teori saja.
-         Amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah  bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing.
-         Juga bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika  kita sedang mengalami kegagalan  yang menurut  kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.
      
·        Gaya bahasa
Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas, menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.sehingga kita tidak bosan  saat membacanya.



Unsur Ekstrinsik

·        Nilai moral:
Pasalnya setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak  nila-nilai moral yang di sampaikan oleh penulis. Seperti  kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.(GCJ.95)   
            
·        Nilai sosial:
Dalam novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam kehidupan bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali mengundang Yasuaki-chan  ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada kawanya itu. Dan demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri.( Totto-chan memegangi tangan kawannya yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata “Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya.(GCJ.83))    

·        Nilai adat istiadat:
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe Gakuen, setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil  Sengkuji dan berziarah untuk memperingati  Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas dendam mereka yang termasyhur.(GCJ.150)



Konflik

Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.
Sambil mengedip-ngedip gugup,  sang guru mulai menjelaskan. Saya sudah memberi tahu  bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya kecuali untuk mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi terus- terusan mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan membantingnya. Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggil-manggil pemusik jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah dan jalan hanya di batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam kelas bisa dengan mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
 “Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.
“Apa lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di lakukannya, saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.” Selain itu bukan hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga mendapat kesulitan.
Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah Tomoe Gakuen



IV.            KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

·        Kelebihan
Novel ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang nyata, deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita. 


·        Kelemahan
Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu bantuan kamus untuk menikmati membaca novel ini.




V.               SINOPSIS

Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus di keluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temanya. Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang selalu membuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri berjam-jam di depan jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga di pohon samping kelasnya.
Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.
Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa  “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan“. Dan  sebelum makan siang, kepala sekolah mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan biasanya setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan kemudian, ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mereka bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik Totto-chan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala kengerianya telah mulai terasa di kehidupan  Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk berperang.   
Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “ dan kata-kata yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan…………..



VI.            KEPENGARANGAN


Tetssuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus 1933. Ayahnya seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar  Otobiografinya 1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang Broadcasting Corporation (NHK)

Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku  anak terlaris  Totto- Chan, The Little Girl  At The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu selebriti  Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang paling popular dan di kagumi di Jepang.      

Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang didasarkan pada pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador 1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televise favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s  Room.



VII.        NILAI BUKU

Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi jika di titik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko  kuroyanagi pengarangya, sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat bermakna. Dan setelah membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk dibaca segala kalangan karena mengandung segudang nilai indah  yang dapat kita petik dari novel ini. Di mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan melalui sosok kepala sekolah  kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak  berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana beliau sebagai kepala sekolah  mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar  tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup. Dan meskipun dalam novel ini menggunakan kata yang sulit di mengerti yaitu,  bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita merasa bosan saat membacanya karena kita dapat membuka kamus atau internet.