BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hutan adalah sebuah hamparan yang sangat
luas dan ditumbuhi oleh berbagai macam jenis pepohonan dan tumbuhan lain yang
lebat. Hutan memiliki fungsi strategis di alam yaitu sebagai penampung
karbondioksida, memproduksi oksigen, habitat hewan, modulator arus hidrologi,
pelestarian alam dan sebagainya. Hasil hutan yang sangat populer dan banyak menarik
minat kaum industri untuk mengembangkan Hutan Tanaman Industri
(HTI) adalah kayu. Kayu selain memiliki nilai jual yang tinggi
juga memiliki beragam manfaat strategis.
Kayu merupakan komuditas. Setiap komuditas
harus diberikan ciri-ciri tertentu yang menyangkut : nama, bentuk, jumlah dan
kualitas. Kayu bisa dijual baik dalam bentuk kayu bulat (glondongan), yang merupakan
bahan Baku (mentah) dari industri pengolahan kayu maupun sudah dalam bentuk
tinggal pakai, sebagai hasil olahan industri pengolahan kayu. Masing-masing
bentuk ini ada metodenya sendiri-sendiri dalam menetapkan volume dan
kualitasnya. Kadang-kadang dijumpai perbedaab ukuran baik volume maupun kualitas oleh penjual dan pembeli. Hal ini
disebabkan metode penetapannya yang tidak sama. Oleh karena itu dalam
perdagangan kayu harus ada perjanjian antara penjual dan pembeli mengenai
metode mana yang digunakan dalam menetapkan volume dan kualitasnya
B. Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
dasar-dasar pengukuran kayu bulat?
2.
Bagaimana
penetapan isi kayu bulat?
3.
Bagaimana
cara- cara pengukuran kayu bulat?
4.
Bagaimana
Penetapan
Kualitas (Standard) Kayu Bulat (Grading) ?
5.
Jelaskan
jenis-jenis cacat kayu !
C. Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa agar dapat memahami dan bisa menjelaskan setiap
rumusan-rumusan masalah yang diangkat dalam pembahasan makalah mengenai
penetapan isi kayu bulat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar
Pegukuran Kayu Bulat
Pengukuran kayu bulat yang biasanya dalam
bentuk isi (volume) dapat dibedakan menjadi yolume sebenarnya dan volume
perdagangan. Biasanya volume sebenarnya selalu lebih besar (banyak) dibanding
dengan volume perdagangan. Hal ini memang wajar karena cara pengukurannya yang
berbeda.
Volume
sebenarnya adalah isi dari semua zat biologis (tanpa atau dengan kulit) yang
terkandung didalam kayu bulat yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan
volume perdagangan adalah isi yang dipergunakan didalam transaksi perdagangan
yang sudah memperhitungkan bagian yang betil-betul bisa digunakan.
Ø lsi perdagangan selalu lebih
rendah, karena dalam menghitung dengan cara
1. Pembulatan ukuran yang dilakukan
pembulatan kebawah
2.Pengurangan ukuran, yakni dari
ukuran sebenarnya (yang diberi trimmingallowance) dihitung ukuran bakunya
3. Perhitungan waste, artinya
bagian yang dianggap tidak berguna hares dikurangkan dari ukuran.
Ø Standar Satuan Isi (Volume)
Ada dua standar,
yakni standar lnggris (Imparial) dan standar Metnk. Dasar standar Inggris
adalah ukuran organ tubuh manusia, misalnya ukuran kaki, tangan dll.. sedangkan
sistem Metrik adalah satuan berdasarkan pengukuran secara ilmiah ( di
Perancis). Satu meter adalah sepersepuluh juta jarak equator ke titik kutub bumf.
Bann ini diwujudkan dengan logam platina yang disimpan pada 4 derajat celcius
di Paris.
Selanjutnya
untuk menyatakan isi, maka biasanya dinyatakan dalam m kubik (m3) dalam sistem
metrik dan foot cubic dalam sistem Imperial. Yang disebut satu mater kubik
adalah kayu yang berdimensi panjang, lebar dan tinggi sama yakni satu meter.
Demikian juga satu foot cubic adalah kayu yang panjang, lebar dan tingginya
satu foot.
Ø
Beberapa satuan yang dipakai
untuk menentukan isi kayu bulat antara lain :
1. Saranac standart,
ialah kayu yang diameter ujungnya 22 ince dan panjangnya 12 feet
2. Quebec standart,
ialah kayu bulat dengan ukuran diameter bontos ujung 20 ince dsan oanjangnya 12
feet
3. Bladgeet standart,
ialah kayu bulat yang diameter tengah-tengahn 16 ince dan panjangnya 1 feet
4. Glens Falls standart, kayu
bulat dengan ukuran diameter bontos kecil 19 ince dan panjang 13 feet.
B. Penetapan
Isi Kayu Bulat
Pada umumnya
penghitungan isi kayu bulat dilapangan menggunakan tabel isi dengan pembuka
diameter (bisa juga keliling) dan panjang. Sebenarnya didalam menetapkan yolume
kayu bulat dijumpai kesulitan-kesulitanm antara lain : (1) bentuk logs tidak
selalu silindris, sedang pendekatan yang digunakan adalah rumus silindris, (2)
logs digunakan untuk bermacam-macam kegunaan sehingga penetapan volumenya
sering disesuaikan dengan penggunaannya
Ø Penetapan
isi kayu bulat
1.
Pengukuran
untuk mengetahui isi tanpa dikaitkan dengan penggunaan secara ekonomi (isi
sebenarnya)
2.
Pengukuran
isi yang akan dikaitkan dengan perdagangan
3.
Isi
sebenarnya dimaksudkan isi dari semua zat biologi tanpa atau dengan kulit yang
terkandung didalam kayu bulat yang bersangkutan
Ø Perbedaan
isi perdagangan dan isi sebenarnya
1.
Adanya
pembulatan ukuran yaitu pembulatan kebawah
2.
Adanya
pengukuran ukuran, bukan permintaan pembeli, tidak sepihak tetapi merupakan
sesuatu ketetapan yang disetujui bersama yang dimaksudkan untuk keutuhan dari
kayu yang dimaksud seperti kerusakan dalam pengangkutan, penyetelan dan lain
sebagainya.
Ø Rumus Dasar
Sebagai rumus
dasarnya adalah : V = II D 2 x L , hal ini diambil dari rumus volume silinder,
dimana kayu tidak ada yang persis seperti silinder, jadi harus diberikan angka
bilangan bentuk
1. Huber , V h = Bt x L. dimana Bt = luas bidang.
tengah dan L = panjang
2. Smalian , Vs = (Bp + Bu)/ 2 x L , dimana Bp = luas
bontos pangkal, dan Bu = luas bontos ujung, dan L = panjang log
Mengapa kedua
bontos harus diukur sebab pada umumnya bentuk antara keduanya tidak sama.
Secara kasar bentuk
sebuah ada 4 macam, yaitu (1) bentuk silindris, (2) bentuk parabolis, (3)
bentuk cone, dan (4) bentuk neiloid .Rumus-rumus
ini adalah untuk mengukur isi sebenarnya. Adapun untuk mengukur isi perdagangan
harus diperhitungkan bagian-bagian yang tidak bisa dimanfaatkan (cacat),
sehingga: Isi perdagangan adalah : Isi sebenarnya dikurangi Isi bagian nyang
cacat.
C. Cara-
cara pengukuran kayu bulat
Cara mengukur
panjang, adalah mengukur jarak terpendek dari bontos ujung sampai pangkal, yang
dintakan dalam meter (M) untuk sistem Metrik dan Feet (Ft) dalam sistem
Imperial. Ukuran panjang harus ditambah dengan trimming allowance. Alat yang
dipakai adalah untuk panjang dengan pita ukur atau tongkat ukur. sedangkan
untuk mengukur diameter dengan pita ukur yang langsung bisa mengetahui
diameternya dan juga dengan mengukur lilit (keliling) kemudian dilihat ditabel
konversi.
Untuk mengukur
diameter harus
hati-hati karena ada 3 bentuk penampang kayu bulat : (1) bentuk lingkaran
sempurna, (2) bentuk elips, dan (3) bentuk tidak teratur, dan yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk (2) dan (3). Caranya adalah mengukur diameter
terpendek dan kemudian jarak tegak lurusnya pada kedua bontosnya. Cara-caranya
adalah :
d1 + d2 (d1+ d2):2 + (d3 + d4):2 d 1 + d2 + d3 + d4
1.
D = ------------------ 2. D = ---------------------------- 3. D =
----------------------
2 2 4
Bila
diinginkan kemudahan dan kepraktisan dalam mengetahui diameternya. maka
biasanya yang diukur adalah lilit (keliling). Caranya adalah cukup dengan
sekali ukur atau ketiga bagian batang dengan melingkarkan pada bagian batang
tengah, atau pada kedua bagian bontosnya. Untuk mengetahui diameternya maka
dari hasil keliling kemudian dibagi dengan II (=3,1416), dan biasanya dalam
satuan centimeter (Cm) atau ince (Imperial). Cara pengukuran ini adalah untuk
kayu tanpa kulit.
Ø Alat untuk mengukur diameter ada
beberapa macam :
1. Tree caliper,
yaitu berupa dua tangan (tongkat), dimana yang satu tidak bergerak dan tangan
satunya bisa digerakkan menurut kebutuhan. Batang yang diukur diletakkan antara
dua tangan tersebut dan kemudian hasilnya dapat dibaca pada mistar yang dipakai
sebagai alas untuk menggerakkan tangan tersebut
2. Pita ukur, dapat
merupakan ukuran dalam keliling atau langsung ke diameter. Yang biasa digunakan
adalah tree-tape, yang terbuat dari kain, plastik atau baja
3. Yard stick (tongkat pengukur),
yang sangat sederhana. Terbatas hanya dapat mengukur diameter saja. Tetapi alat
ini karena sangat mudah dan praktis maka alat inilah yang banyak digunakan
dalam praktek.
Ø Rumus-rumus
untuk mengetahui isi kayu bulat
1.
Formula Rules, terdiri atas : (1) Full Measure (sistem
Huber, sistem Smalian, sistem Brereton). Hasilnya isi kayu bulat sebenamya (2)
Board Measure Rule, hasilnya langsung berupa isi beberapa papan yang bisa
dihasilkan dari sebuah batang (log) yang diukur yolumenya. Dengan demikian
harus ditentukan tebal gergaji, lebar papan, slab, metode penggergajiannya dll,
dan ke (3) Quarter Girth Measure Rule. Untuk mengetahui volume kayu yang dapat
dibentuk segi empat dari batang itu, yang hasilnya disebut Hoppus Measure.
2.
Diagram
Rules, adalah khayalan yang dibuat pada sebuah batang dalam bentuk diagram yang
hasilnya dapat dimanfaatkan. Beberapa bentuk diagram dipengaruhi oleh : mesin
yang digunakan, efisiensi pekerjaan, dan kondisi pasaran. Adapaun rumus yang berdasarkan
diagran rules ialah L Scribner Log Rule, The Spaulding Log Rule, Quebec Log
Rule dan The New Brunswick Log Rule
3.
Mill
Tally Log Rules, adalah sebuah tabel isi yang dipandang akurat, yang dibuat
berdasarkan data empiris yang sangat banyak. Yang terkenal adalah Massachusets
Log Rules
4. Standaard Log Rules, hasilnya
berupa standar isi dalam unit satuan isi. Standar isi yang terkenal : The Glens
Falls Standaard, The Saranac Standaard, The Quebec Standaard dan The Bodgett
Log Rule
5. Adapted Log Rule, ialah
penggabungan dua atau lebih rumus, menjadi satu rumus. Hal ini dikerjakan
mengingat tidak ada satu rumuspun yang sempurna. misalnya satu rumus cocok
untuk log kecil saja, sedangkan rumus yang lain cocok untuk rumus log besar
sehingga perlu ada penggabungan.
D. Penetapan
Kualitas (Standard) Kayu Bulat (Grading)
Di Indonesia penetapan (pengujian
) hasil hutan yang berupa kayu bulat. dibedakan menjadi dua, yakni pengujian
kayu bulat Jati dan pengujian kayu bulat rimba. Untuk kayu Jati dibedakan
antara kayu bulat
bernomor dan kayu bilat tidak bernomor.
Pada dasarnya pengujian kayu
bulat didasarkan atas hasil konyersi yang dapat diperoleh, yang dipengaruhi
oleh bentuk umum, cacat, dan ukuran kayu. Kkriteria kualitas kayu adalah
berdasarkan banyaknya cacat yang ada.
Ø Pengenalan cacat
Adanya cacat
kayu akan dapat berpengaruh langsung baik kepada pengukuran (scalling), maupun
pada kualitas kayu (grading), sebab yang disebut cacat itu adalah setiap
kelainan yang terdapat pada kayu, baik kayu bulat maupun kayu gergajian.
Bentuk cacat
ukuran misalnya pada ukuran panjang dan diameter. Hampir setiap batang telah
dicantumkan pada daftar kayunya, ukuran yang dimaksudkan. Akan tetapi dalam
prakteknya selalu terdapat dua macam ukuran, baik panjang maupu diameternya.
Ukurannya selalu diukur yang terpendek atau terkecil. Bila ada dua macam ukuran
dalam satu batang, maka batang yang bersangkutan berarti ada cacat ukuran,
apakah ukuran panjangnya, ataukah ukuran diameternya, dan yang dipakai selalu
ukuran terpendeknya. Berarti batang tersebut akan jatuh pada ukuran atau
kualitas dibawahnya.
Cacat yang
spesifik pada kayu bulat juga bisa didapati pada spesies tertentu. misalnya
pada Agathis lorentifolia ( ada bekas cabang yang berbentuk bintang), pada
Jelutung (ada saluran latex), pada Kihujan (ada bintik-bintik mats kayu) dan
lain-lain. Adanya cacat lain yang terdapat hampir pada semua kayu, misalnya bekas
inger-inger. racing Taut, busuk, growong, hati remuk dll, selalu dapat
menurunkan kuali
Ø Penyebab cacat kayu
Di
Indonesia terdapat jenis kayu yang dapat digolongkan kedalam berbagai golongan,
yang mengandung cacat khusus, diantaranya (a) cacat kayu jati, (b) cacat kayu
rimba, (c) cacat kayu lebar, (d) cacat kayu daun jarum, dan (e) cacat basil non
timber. Adanya cacat khusus yang terdapat pada jenis tertentu mengakibatkan
syarat pengujian khusus untuk kayu yang bersangkutan.
Ø Menurut sebab terjadinya, cacat dapat digolongkan kedalam
:
(1) cacat
alami, yang dapat dibagi lagi kedalam : fisis, chemis, genitis
(2) cacat
non alami, disebabkan oleh : lobang penggerek, teknis, dan mekanis
(3) Cacat
biologis, yaitu cacat kayu Bulat yang disebakan oleh mahluk hidup, seperti
serangga dan jamur yang penyerangannya dilakukan baik terhadap kayu yang masih
berdiri dihutan, maupun setelah ditebang. (lubang gerek, gubal, gerowong/teras
busuk, teras rapuh)
(4) Cacat teknis, yaitu kayu Bulat yang disebabkan
oleh faktor manusia dan peralatan yang digunakan, seperti salah potong dan
salah arah tebang, sistem penyaradan dan pengangkutan (Pecah/belah, lengar,
pecah banting, pecah slemper/lepas, pecah busur/gelang, pecah bontos, pakah,
lubang lainnya.
Berdasarkan
bentuk dan lokasi penyerangan:
E. Jenis-Jenis Cacat Kayu
Berdasarkan
lokasi pada batangnya, cacat bisa dibedakan kedalam :
(1) cacat
bentuk, yang terdiri atas : alur, bengkok, bengkak, iring-irung, puntiran,
blimbing, gepeng, hampir bulat, bulat, bundar, dll
(2) cacat badan,
terdiri atas : alur, belah, bengkak, bekas cabang, bekas terbakar,
bergelombang, hati, lobang, oleng-oleng, mata kayu, pecah-pecah, retak, kropos,
luka dll
(3) cacat
bontos, terdiri atas : busuk, growong, hati, kulit tumbuh, kulit kropos, dll
(4) cacat
bongkot, terdiri atas : banir, blimbing, bekas takik, pecah dll
(5) cacat
ukuran, terdiri atas : kurang ukuran, lebih ukuran, kurang allowance, lebih
allowance, tanpa allowance dll
Pada
intinya sebatang kayu dinyatakan mempunyai kualitas terbaik adalah pada kayu
tersebut tidak dijumpai cacat sedikitpun. Sebaliknya kualitas kayu terendah
adalah batang kayu yang banyak cacatnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kayu
merupakan komuditas. Setiap komuditas harus diberikan ciri-ciri tertentu yang
menyangkut : nama, bentuk, jumlah dan kualitas. Kayu bisa dijual baik dalam
bentuk kayu bulat (glondongan), yang merupakan bahan Baku (mentah) dari
industri pengolahan kayu maupun sudah dalam bentuk tinggal pakai.
Pengukuran
kayu bulat yang biasanya dalam bentuk isi (volume) dapat dibedakan menjadi
yolume sebenarnya dan volume perdagangan. Biasanya volume sebenarnya selalu
lebih besar (banyak) dibanding dengan volume perdagangan. Hal ini memang wajar
karena cara pengukurannya yang berbeda.
Pada umumnya
penghitungan isi kayu bulat dilapangan menggunakan tabel isi dengan pembuka
diameter (bisa juga keliling) dan panjang. Sebenarnya didalam menetapkan yolume
kayu bulat dijumpai kesulitan-kesulitanm antara lain : (1) bentuk logs tidak selalu
silindris, sedang pendekatan yang digunakan adalah rumus silindris, (2) logs
digunakan untuk bermacam-macam kegunaan sehingga penetapan volumenya sering
disesuaikan dengan penggunaannya
B. Saran
Kadang-kadang dijumpai
perbedaab ukuran baik volume maupun kualitas oleh penjual dan pembeli. Hal ini
disebabkan metode penetapannya yang tidak sama. Oleh karena itu dalam
perdagangan kayu harus ada perjanjian antara penjual dan pembeli mengenai
metode mana yang digunakan dalam menetapkan volume dan kualitasnya
DAFTAR PUSTAKA
BUSTOMI,
S. 1995. Penggunaan Centroid Volume dalam Menduga Volume Kayu Bulat
Pinus, Pinus merkusii Jungh. Et de
Vries. Thesis pada Program Pascasarjana IPB. Bogor. (unpublished).
CHAPMAN, H.H. and W.H. MEYER. 1949. Forest Mensuration.
McGraw-Hill Book Company Inc. New York.
http://www.bsphh11.go.id/Isi%20Volume%20Kayu%20Bulat.htm. Dikases pada
hari Minggu tanggal 27 April 2014 pukul 10.34 WITA
ELVIADI, I. 1994. Perbandingan Ketepatan Hasil
Pendugaan Volume Sortimen Kelompok Ramin, Gonistylus
spp., Berdasarkan Rumus Empiris Volume Sortimennya. Studi Kasus di Areal
HPH PT Inhutani III Sampit Kalimantan Tengah. Skripsi pada Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor. (unpublished).
KRISNAWATI, H. 1994. Perbandingan Ketepatan Hasil
Pendugaan Volume Sortimen Kelompok Keruing, Dipterocarpus
spp., Berdasarkan Rumus Empiris Volume Sortimennya. Studi kasus di HPH PT Inhutani III
Sampit Kalimantan Tengah. Skripsi pada Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (unpublished).
Karmidi.http://karmidi.blogspot.com/2009/07/cacat-kayu-bulat-rimba-indonesia.html. Dikases pada
hari Minggu tanggal 27 April 2014 pukul 10.34 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar