RESENSI NOVEL INDONESIA
”TOTTO-CHAN,
GADIS CILIK DI JENDELA
I.
Identitas Buku
Judul
asli : Totto-chan,
The Little Girl At The Window
Judul
terjemahan : Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis
asli : Tetsuko Kuroyanagi
Alih
bahasa : Widya Kirana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272 halaman
Cetakan : Ke-3, September 2003
ISBN : 979-22-0234
II.
Pratinjau
Penuh
humoris!!!
Itulah
kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang berjudul
“Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko kuroyanagi”.
Sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan penulis begitu
lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.
Penulis
mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga.
Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan nyata dan
dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang penulis
juga menjelaskan teman-temanya di masa
kanak-kanak yang masih lekat dalam
ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepiawaian
penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya sebagai seorang
anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah kembali ke masa kanak-kanaknya dan becerita kepada para pembaca dengan begitu
lancarnya.
Amanat
yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan
sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di
sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila
saat itu sang ibu malah menyahkan
Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari
dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen! Sebagai
pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu semangat dan tidak sabar
menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?
III.
ISI
Unsur
Intrinsik
Tema:
-
Tema
dari novel ini sangatlah menarik, yaitu
Pendidikan.
Alur:
-
Maju
mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa-
basi.”Purti anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan
ke sekolah lain.”(GCJ.12))
Penokohan/perwatakan:
·
Totto-chan
-
Periang (Katanya, “
sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa ditarik, tapi meja
di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti peti, dan
kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!”(GCJ. 13))
-
Sopan ( sambil
membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh semangat, “ Bapak
ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?”GCJ.24)
-
Polos ( Wataknya yang
periang dan terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. (GCJ.27))
-
Cerdik ( Lagu pula
Mama dan guru wali kelasnya yang dulu
pasti heran kalau tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa
menemukan bahan obrolan untuk
diceritakan selama empat jam penuh tanpa
henti. (GCJ.27))
-
Perhatian ( Hari itu
Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah
menggigit kulit kayunya sedikit.
Tak satu anak pun merasa kulit kayu itu
pahit, artinya mereka semua sehat.Totto-chan senang sekali.(GCJ.210))
-
Lucu ( Dengan riang Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali
lubang di bawah pagar kawat berduri. Tak
heran, celana dalamnya selalu robek-robek.(GCJ.114))
-
Ceriwis ( Setiap malam
Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di sekolah. Ia takkan berhenti
bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya tidur.”(GCJ.145))
·
Mama
-
Penyayang ( Mama tidak
bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah dan Mama tidak
ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan untuk tidak memberi
tahu Totto-chan sampai dia dewasa kelak.(GCJ.18))
-
Sabar ( Mama punya
sifat yang sangat sabar dan suka bercanda.(GCJ.22))
-
Pengertian ( Mama tidak
pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus melakukan ini atau itu, tapi
kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama selalu setuju.(GCJ.175))
·
Papa
-
Berpendirian
kuat
( Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara padanya. Papa mengalami
masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau menyerah, demi musik dan
biolanya.(GCJ.233))
·
Kepala
sekolah
-
Perhatian ( Kepala sekolah
masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya, untuk memastikan mereka
membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan” dan membawa dua panci,
siap menambahkan makanan dari laut atau dari daratan yang tidak mereka bawa.(GCJ.121))
-
Percaya diri ( Kepala
sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah ompong.(GCJ.124))
·
Takahashi
-
Sopan ( anak itu
melepas topinya, membungkuk menghormat,
dan malu-malu, “ senang berkenalan dengan kalian.”(GCJ.115))
·
Tai-chan
-
Cerdas ( Anak itu
cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan dialah yang
mengajari Totto-chan mengucapkan kata
Inggris untuk rubah.(GCJ.190))
·
Miyo-chan
-
Suka memuji ( Miyo-chan dan
teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh! Kepang!” Totto-chan senang
sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba rambutnya.(GCJ.157))
·
Sakko-chan
-
Disiplin ( Anak itu
mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya lalu meletakkan
kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan meletakkan tasnya di rak
barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu.(GCJ.35))
·
Yasuaki-chan
-
Percaya diri ( “Aku kena
polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.”Dia mengulurkan tanganya,
jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti lengket satu sama
lain.(GCJ.39))
·
Oe
-
Nakal
( Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil berkata, “aku
capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh terduduk.(GCJ.157))
·
Ryo-chan
-
Pekerja keras ( Ryo-chan,
tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan bisa melakukan pekerjaan apa
saja,rupanya sudah bekerja sangat keras.(GCJ.163))
Latat /setting:
·
Tempat
-
Stasiun kereta ( Mereka turun
dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Totto-chan melewati
pintu pemeriksaan karcis.(GCJ. 9))
-
Dalam kelas ( Belajar di
sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan menyenangkan. Satu-satunya yang
berbeda adalah papan tulis di bagian depan gerbong dan tempak duduk menyamping
yang telah diganti dengan mej kursi sekolah yang semua menghadap ke depan.(GCJ.34))
-
Aula sekolah ( Setelah
menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan “Itadakimasu” dan mulai
menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan”. Selama beberapa
waktu Aula menjadi sunyi.(GCJ.47))
-
Kolam renang ( sangat
berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya ia berenang di kolam
renang.tanpa mengenakan apa-apa.(GCJ.70))
-
Gedung latihan ( Totto-chan
menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan sudah agak bobrok. Angin yang
bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan musik sampai jauh keluar dari gedung
latihan.(GCJ.92))
-
Di kamar ( Totto-chan
mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di rumah, setelah ia pulang
sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di kamarnya sebelum makan
malam.(GCJ.127))
-
Di perpustakaan ( Seluruh murid
Tomoe lima puluh anak masuk ke perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka
memilih buku yang mereka sukai lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah
dari mereka hanya bisa memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri.(GCJ.164))
·
Suasana
-
Hening ( Semua gerbong
kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama untuk semua kelas
sudah dimulai.(GCJ.22))
-
Menyenangkan ( Sambil
berseru-seru riang “ kita berkemah! Kita
berkemah!” anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan
sederhana ini tidur di dalam tenda di
Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan bagi para murid.(GCJ.77)
-
Mengharukan ( Begitu sampai
lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil terisak-isak , “Belum pernah aku
sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku. Aku takkan pernah lagi minta
dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam, ya, Ma! Pa?”(GCJ.109))
-
Mengherankan ( Batu penanda
itu masih ada di situ, persis seperti ketika ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak
bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius
yang tak mungkin dilupakanya.(GCJ.145))
-
Menyedihkan ( Kemudian dia
mengeluarkan tangan dari saku dan memandang anak-anak. Kelihatanya dia baru
saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya pelan.” Kita semua akan
menghadiri pemakamanya hari ini.(GCJ.223))
-
Menegangkan ( banyak bom
yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa gerbong-gerbong kereta api yang
berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak mungkin dipadamkan, meratakanya
dengan tanah.(GCJ.247))
·
Waktu
-
Pagi hari ( Tadi pagi
ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru ketahuan bahwa ternyata
semua gaun buatan Mama robek, jadi dia
harus mengenakan rok yang di belikan Mama.(GCJ.26))
-
Siang hari ( Setelah makan
siang, Totto-chan bermain di halaman
sekolah bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas tempat guru mereka sudah menunggu.(GCJ.48))
-
Sore hari ( Sore itu
murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran.(GCJ.67))
-
Malam hari ( Malam itu,
sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam
lubang gelap.(GCJ.60))
·
Sudut
pandang:
-
Sudut
pandang orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal seperti
itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil Mama
atau Papa.(GCJ.188))
·
Amanat:
-
Amanat
yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari kebijaksanaan
sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah
dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila saat itu sang Ibu malah menyalakan Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan
begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya
bersekolah di Tomoe Gakuen.
-
Rutinitas
yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat motivasi kita
untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi dari Tomoe Gakuen mereka begitu bersemangat
untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode pembelajaran yang memang membangkitkan
rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar memaparkan teori saja.
-
Amanat
yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina jiwa
pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar
tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan
prinsip hidup masing-masing.
-
Juga
bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui
perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk
bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut
kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.
·
Gaya
bahasa
Tata
bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis
dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas,
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.sehingga kita tidak bosan saat membacanya.
Unsur
Ekstrinsik
·
Nilai
moral:
Pasalnya
setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak nila-nilai moral yang di sampaikan oleh
penulis. Seperti kehidupan sehari-hari
siswa-siswi di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang
yang lebih kecil atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti
mempermalukan diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus
mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh
melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.(GCJ.95)
·
Nilai
sosial:
Dalam
novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam kehidupan
bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali mengundang
Yasuaki-chan ke pohonnya dan
memperlihatkan banyak hal kepada kawanya itu. Dan demi membantu kawanya
mencapai puncak ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri.( Totto-chan memegangi
tangan kawannya yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian
ia berkata “Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di
lekukan cabang pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut
tertumpang pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang
melihatnya akan menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan
berbahaya.(GCJ.83))
·
Nilai
adat istiadat:
Nilai adat di sini juga begitu
kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe Gakuen, setiap tanggal 14
desember mereka mengunjungi Kuil
Sengkuji dan berziarah untuk memperingati Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas
dendam mereka yang termasyhur.(GCJ.150)
Konflik
Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang
langsung berbicara tanpa basa basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya
terpaksa meminta Anda memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang
manis itu mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan
Totto-chan hingga mengacaukan seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.
Sambil
mengedip-ngedip gugup, sang guru mulai
menjelaskan. Saya sudah memberi tahu
bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya kecuali untuk
mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi terus- terusan
mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan membantingnya.
Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggil-manggil pemusik
jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah dan jalan hanya di
batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam kelas bisa dengan
mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
“Apa
lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.
“Apa
lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di lakukannya,
saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.” Selain itu bukan
hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga mendapat
kesulitan.
Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk
mengatasi masalah itu. Dengan harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa
memahami dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang
lain. Dan akhirnya Mama menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama
sekolah itu adalah Tomoe Gakuen
IV.
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN
·
Kelebihan
Novel
ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang nyata,
deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada dalam
cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita
tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk
memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita.
·
Kelemahan
Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel
ini juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah terdapat kata-kata yang
sulit di mengerti sehingga kita perlu bantuan kamus untuk menikmati membaca
novel ini.
V.
SINOPSIS
Buku ini
bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus di keluarkan dari
sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah menganggap Totto-chan nakal.
Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar
tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temanya.
Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan
di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang selalu membuka ratusan kali
dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil para pemusik jalanan yang
langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri berjam-jam di depan
jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga di pohon samping
kelasnya.
Akhirnya mama
tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Sekolah
yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain.
Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan sekolah yang pantas untuk
purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari
sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin, jadi
diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa kelak. Dan ia
pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.
Totto-chan
senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong kereta
sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman
sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang
berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di
kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah
Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala
sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari
pegunungan“. Dan sebelum makan siang,
kepala sekolah mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan
biasanya setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan
kemudian, ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada
mereka bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik Totto-chan
sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk datang
ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari
dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang tak terduga.
Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari bahwa perang
pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala kengerianya telah mulai
terasa di kehidupan Totto-chan dan
keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya
dikirim pergi untuk berperang.
Hingga beberapa
hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak
bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe
sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu
bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya
merasa sesak saat tahu keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur.
Serta dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan
bertemu lagi “ dan kata-kata yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak
yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya
Totto-chan tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang
diliputi kecemasan…………..
VI.
KEPENGARANGAN
Tetssuko Kuroyanagi
lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus 1933. Ayahnya seorang pemain biola dan
concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih
anak-anak. Menurut Memo ar
Otobiografinya 1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih
muda. Setelah itu, ia belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena
dia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari
Universitas Tokyo Ongku pada tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam
industry televisi hiburan, sehingga dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan
pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris
Jepang pertama yang dikontrakke Jepang Broadcasting Corporation (NHK)
Tetsuko
Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa
acara talk show, seorang penulis buku
anak terlaris Totto- Chan, The
Little Girl At The Window, World Wide
Fund untuk penasihat alam, dan Good Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal
dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan
internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam bukunya
Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang paling
popular dan di kagumi di Jepang.
Pada
tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang didasarkan pada pengalamannya
bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador 1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur
cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk
keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya Jepang
Broad casting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di
Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televise favorit
di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.
VII.
NILAI BUKU
Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela
ini memang bukan terbilang buku baru. Tapi jika di titik isinya, buku ini tidak
mengenal kata out of date. Tetsuko
kuroyanagi pengarangya, sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman
hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat bermakna. Dan setelah
membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk dibaca segala kalangan
karena mengandung segudang nilai indah
yang dapat kita petik dari novel ini. Di mulai dari kebijaksanaan sang
Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar
kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan melalui sosok kepala sekolah kita dapat belajar tentang bagaimana berani
untuk bertindak berbeda sesuai dengan
keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana beliau sebagai kepala
sekolah mendekatkan diri dengan para
anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana
untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang
mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam
hidup. Dan meskipun dalam novel ini menggunakan kata yang sulit di mengerti
yaitu, bahasa jepang, tetapi tidak
membuat kita merasa bosan saat membacanya karena kita dapat membuka kamus atau
internet.